Wooyoung mendapati dirinya terjebak dalam lingkaran waktu. Atau lebih tepatnya, lingkaran cinta, yang dimulai dan diakhiri dengan satu kata sederhana dari Mingi: "Milikku."
Semua bermula pada pagi itu ketika Wooyoung bangun di sofa. Ia ingat bahwa tadi malam mereka menonton film, tapi tidak ingat kapan ia tertidur. Matahari menyoroti apartemen mereka, dan aroma kopi menyebar di udara.
“Milikku,” kata Mingi dengan nada santai saat ia masuk dari dapur, membawa dua cangkir kopi.
“Apa maksudmu?” Wooyoung bertanya, mengambil cangkir dari tangan Mingi.
“Kau. Kau milikku,” jawab Mingi, santai seperti membicarakan cuaca.
Wooyoung mendengus, setengah tertawa. “Kau terlalu percaya diri, Tuan Tinggi.”
Tapi kemudian, sesuatu yang aneh terjadi.
Hari itu terus berulang.
Ketika Wooyoung melangkah keluar untuk membeli susu, ia kembali ke apartemen hanya untuk menemukan dirinya terbangun di sofa lagi, dengan Mingi berdiri di dapur sambil berkata, "Milikku."
“Sudah kubilang, aku bukan milikmu!” Wooyoung mendengus frustrasi setelah lingkaran waktu terjadi untuk kesekian kalinya.
Mingi hanya tertawa kecil, mencium dahi Wooyoung seakan itu adalah rutinitas biasa.
Setelah kejadian itu terulang lima kali, Wooyoung mulai curiga bahwa ada sesuatu yang tidak biasa dengan kata "milikku."
“Apakah kau melakukan sesuatu?” tanyanya dengan nada penuh kecurigaan pada salah satu putaran waktu.
“Apa yang bisa kulakukan?” Mingi menjawab sambil menggigit sepotong roti bakar. “Aku hanya mengatakannya karena itu kenyataan. Kau milikku, Woo. Takdir yang membuatmu milikku.”
“Takdir atau sihir?” balas Wooyoung tajam.
“Bukankah itu sama saja?”
Lingkaran itu terus berulang, dan setiap kali Wooyoung mencoba keluar dari rutinitas itu, ia akan kembali ke titik awal—di sofa, dengan Mingi berkata "Milikku."
Pada satu putaran waktu tertentu, Wooyoung mencoba sesuatu yang berbeda. Ia menatap Mingi dengan mata menyipit dan berkata, “Kalau aku milikmu, apa buktinya?”
Mingi, yang sedang menuang susu ke dalam sereal, berhenti dan menatapnya dengan senyuman kecil. “Apa kau ingin bukti?”
“Tentu saja. Kau tidak bisa sekadar mengklaim aku seperti kau mengklaim tempat duduk di bioskop.”
Mingi berjalan mendekat, tubuh tingginya mendominasi ruang kecil itu. Ia meletakkan satu tangan di sisi kepala Wooyoung, membuat Wooyoung terpojok di dinding.
“Bukti, ya?” gumam Mingi, suaranya rendah, penuh goda. “Kau mau bukti fisik atau emosional?”
“Bukti… logis?” Wooyoung mencoba terdengar cerdas, meskipun detak jantungnya jelas-jelas mengkhianati dirinya.
Mingi mendekatkan wajahnya, bibirnya nyaris menyentuh telinga Wooyoung. “Kau tidak bisa melawan takdir, Woo. Aku ada di setiap versi hidupmu. Aku milikmu, dan kau milikku. Kita adalah dua potongan teka-teki yang tidak akan pernah bisa dipisahkan.”
Wooyoung merasa wajahnya memanas, tapi ia tetap bersikeras. “Itu bukan bukti. Itu hanya kata-kata manis.”
“Kalau begitu…” Mingi menarik diri sedikit, cukup untuk menatap Wooyoung langsung di mata. “Apa aku harus menciummu setiap kali waktu berulang untuk membuktikannya?”
Sebelum Wooyoung bisa menjawab, Mingi sudah menunduk dan mengecup lembut bibirnya. Itu hanya sekilas, tapi cukup untuk membuat Wooyoung membeku di tempatnya.
Dan kali ini, waktu tidak terulang.
Ketika mereka duduk di sofa setelahnya, Wooyoung memeluk lututnya, masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.
“Jadi… lingkaran waktu itu berhenti karena kau menciumku?” tanyanya pelan.
Mingi mengangkat bahu santai. “Mungkin. Atau mungkin waktu hanya ingin kau menerima kenyataan bahwa kau memang milikku.”
Wooyoung memukul lengannya pelan. “Kau itu aneh.”
“Tapi kau menyukaiku.”
“Sayangnya, itu benar.”
Mingi tertawa, lalu menarik Wooyoung ke dalam pelukannya. “Baguslah. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu, Woo. Kau adalah milikku, selamanya.”
Wooyoung mendengus, tapi kali ini, ia tidak menolak. Jika ini adalah realitas barunya, ia rasa ia bisa menerimanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]
Fanfictionbottom!Wooyoung Buku terjemahan ©2018, -halahala_