Aula konferensi di salah satu hotel termewah di kota dipenuhi oleh para diplomat, politikus, dan wartawan. Semua mata tertuju pada panggung, di mana Hongjoong sedang berdiri dengan senyum percaya diri, memberikan pidato tentang kerja sama lintas negara demi masa depan yang lebih cerah.
Di sudut ruangan, Wooyoung duduk dengan bosan, memainkan gelas anggur di tangannya. Tidak ada yang menarik dari pembicaraan panjang tentang perdagangan atau aliansi strategis. Baginya, Hongjoong adalah hiburan satu-satunya. Pria itu memang pandai berbicara. Terlalu pandai, sebenarnya."Dia kelihatan sangat serius, ya," gumam Wooyoung pelan pada dirinya sendiri, memiringkan kepala sambil menatap Hongjoong dari jauh. Setelan jas Hongjoong yang rapi hanya menambah daya tariknya.
"Kenapa aku jatuh cinta pada seorang politisi?" Wooyoung mendesah, lalu meminum seteguk anggur.
Pidato Hongjoong selesai dengan tepuk tangan meriah dari hadirin. Dengan langkah santai, Hongjoong turun dari panggung dan langsung berjalan ke arah Wooyoung. Senyumnya melebar ketika melihat pria itu tengah sibuk mengunyah makanan kecil dari piring buffet.
"Menikmati pesta diplomasi ini?" tanya Hongjoong sambil duduk di kursi sebelah Wooyoung.
"Menikmati?" Wooyoung mendengus. "Aku lebih suka duduk di dapur makan persik langsung dari keranjang."
Hongjoong tertawa kecil. "Kau tahu, kalau aku bisa mengganti seluruh pertemuan ini dengan makan buah persik bersamamu, aku akan melakukannya."
"Aku tidak percaya politisi," jawab Wooyoung dengan nada menggoda. "Kau pandai sekali berbicara, tapi apakah kau benar-benar akan melakukannya?"
Hongjoong mendekat, matanya yang penuh keyakinan menatap langsung ke mata Wooyoung. "Kalau itu soal kau, Woo, aku akan melakukannya tanpa ragu."
Wooyoung menelan ludah. Ada sesuatu di cara Hongjoong menatapnya yang membuatnya merasa seperti buah persik yang terlalu matang, siap jatuh dari pohon.
"Apa kau selalu menggunakan metafora buah-buahan untuk menggoda pasanganmu?" Wooyoung akhirnya bertanya, mencoba menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Metafora itu sangat efektif," jawab Hongjoong sambil tersenyum nakal. "Kau tahu, persik itu manis, lembut, dan selalu membuat orang ingin kembali lagi. Mirip denganmu, kan?"
Wooyoung menggeleng sambil tertawa kecil. "Kau beruntung aku suka persik. Kalau tidak, aku pasti sudah pergi sekarang."
Hongjoong mengangkat alisnya. "Oh, kau pikir aku tidak bisa membuatmu bertahan tanpa buah persik?"
Wooyoung menantang dengan tatapan penuh goda. "Coba saja."
Hongjoong mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Wooyoung yang membuat pria itu terkejut.
"Serius, di sini?" Wooyoung berbisik dengan mata membelalak.
"Kau sendiri yang memintanya," jawab Hongjoong dengan senyum lebar.
Wooyoung mengangkat tangan. "Baiklah, baiklah. Kau menang. Tapi aku ingin bukti bahwa kau benar-benar bisa mengganti pertemuan ini dengan sesuatu yang lebih menyenangkan."
Hongjoong menepuk tangannya, memanggil seorang pelayan yang membawa nampan penuh buah persik segar.
"Sudah kupersiapkan sejak awal," kata Hongjoong dengan bangga.
Wooyoung hanya bisa menggeleng, tidak tahu apakah ia harus merasa terkesan atau malu. "Kau memang politisi sejati," gumamnya.
Hongjoong tertawa kecil, lalu menyodorkan satu buah persik kepada Wooyoung. "Nikmati. Karena malam ini, hanya kau yang ada di pikiranku."
Wooyoung mengambil buah itu, menggigitnya dengan perlahan, sambil menatap Hongjoong dengan senyum kecil. Mungkin, hanya mungkin, ada sesuatu yang lebih manis dari buah persik malam itu—dan itu adalah pria di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZALEA 🌼 bottom!Wooyoung [⏯]
Fanficbottom!Wooyoung Buku terjemahan ©2018, -halahala_