Ellena kini berada di sebuah ruang bawah tanah yang sunyi dan hanya diterangi oleh beberapa obor kecil. Di depannya ada dua orang pria berbadan kekar. Salah satu diantaranya adalah raja Distopia, sementara yang satunya lagi Ellena tidak tau. Mungkin itu adalah tangan kanannya?
Mereka hanya dibatasi oleh sebuah meja berukuran 1×2 meter yang terbuat dari kayu. Walau jaraknya bisa terbilang tidak dekat, tapi Ellena tetap merasa terintimidasi karena aura dan tatapan tajam mereka.
Ah tidak! Bukan mereka. Melainkan hanya raja Distopia yang menatapnya tajam. Pria yang satunya lagi biasa saja dan terlihat lumayan ramah.
"Siapa nama anda, nona?" Tanya Carlos mewakili Xavier.
"Ellena Luxone."
"Apa benar anda yang akan menjadi calon istri raja kami?"
Ellena menggeleng tegas. "Bukan aku, tapi kakakku. Serena."
Xavier yang mendengarnya sontak tertawa kecil. "Benarkah? Tapi dalam surat yang ayahmu tulis, nama calon istriku adalah Ellena."
Mata Ellena seketika terbelalak. SEJAK KAPAN SURAT ITU TIBA?!
Untuk menutupi rasa gugupnya, Ellena pun menuduh Xavier. "A– apakah Yang Mulia ingin sekali menikah dengan saya?" Tanyanya diakhiri tawa.
Xavier tiba-tiba melempar segulung surat tepat ke hadapan Ellena yang mana langsung membuat tubuh gadis itu mematung.
Tanpa menunggu interupsi Xavier, ia langsung membuka surat berlogo naga perak itu dan membacanya.
'Nama calon istri anda adalah Ellena Luxone, putri bungsuku.'
Xavier tersenyum miring melihat ekspresi panik yang begitu kentara di wajah Ellena. "Bagaimana menurutmu, El-Le-Na Lu-Xone?"
Ellena menutup surat ditangannya sambil tertawa. "Astaga, lelucon macam apa ini?"
Sebelah alis Xavier terangkat saat Ellena tiba-tiba menghampirinya.
"Yang Mulia, anda tau bukan penyakit orang tua? Mereka terkadang salah menyebutkan nama anak. Begitu pula dengan ayahku. Seharusnya nama yang tertera disini adalah Serena Luxone, bukan Ellena Luxone."
Ellena sadar kalau dirinya sudah menjilat ludah sendiri. Awalnya ia memang tidak masalah jika harus menikahi raja Distopia. Tetapi setelah mengetahui sisi gelap pria itu seperti apa, membuat Ellena berpikir lagi.
Seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan dengan pria kanibal itu.
"Benarkah?"
Lagi-lagi Xavier menanyakan hal itu.
"Coba anda lihat wajah saya, apa terlihat ada kebohongan?"
Ellena langsung mundur saat Xavier tiba-tiba berdiri dan mendekatkan wajah mereka. Tubuh Ellena seketika mematung, bahkan untuk mengedip saja ia kesulitan.
Tak ada kalimat yang keluar dari bibir Xavier. Pria itu hanya menatapnya lamat seolah sedang memeriksa sesuatu.
"Apa kau lapar?" Tanya Xavier diluar prediksi.
"H-hah?"
•••••
Carlos meletakkan makanan dihadapan Ellena yang sedang termenung di kursi. Banyak sekali makanan yang terhidang di meja makan. Semua lauk pauk sangat lengkap beserta buah-buahannya.
Tapi hal itu tidak mengundang nafsu makan Ellena. Justru ia malah berpikir, mungkin sang tuan rumah ingin Ellena makan banyak agar saat dijadikan santapan nanti daging yang mereka dapat akan montok-montok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...