BAB 31

51.2K 3.3K 16
                                    

Xavier memeras lap kecil yang sudah direndam air hangat kemudian mengusapnya ke tangan, kaki, leher dan wajah Ellena.

"Senyaman apa mimpimu sampai tidak mau bangun hm?" Xavier bertanya tanpa menatap Ellena. Ia takut air matanya akan kembali jatuh saat melihat wajah pucat itu.

"Padahal aku sudah menyiapkan banyak makanan untukmu. Sayang sekali semuanya harus dihabiskan oleh Carlos dan para sekutunya."

"Tapi tidak apa-apa. Aku tidak akan marah. Nanti aku buatkan lagi makanan untukmu ya?"

Xavier terdiam sejenak, memikirkan hal apa lagi yang ingin ia ceritakan pada Ellena.

"Ngomong-ngomong soal makanan, aku belum makan dari kemarin, Ellena. Nafsu makanku menghilang melihat kondisimu seperti ini. Apa kau tidak mau bangun dan memarahiku?"

"Ah sepertinya tidak. Kau gadis yang keras kepala. Jika sudah bangun nanti, aku ingin meminta pertanggungjawaban darimu karena sudah membuatku tersiksa menahan rindu selama bertahun-tahun."

Kini Xavier mengusap bagian wajah. Pria itu terus menguatkan diri untuk tidak menangis. Ia harus yakin kalau Ellena-nya tidak akan pergi. Bahkan tidak akan pernah.

"Aku menyukai apapun yang kau sukai. Termasuk saat melihatmu tertidur nyaman di istanaku. Tapi tidak harus selama ini, bukan? Aku juga merindukan ocehanmu."

"Aku tidak masalah dipanggil paman tua setiap hari. Aku tidak masalah meladeni tingkah anehmu setiap hari. Aku juga tidak masalah persediaan makanan di dapurku selalu cepat habis setiap hari. Tapi tolong penuhi juga keinginanku. Aku ingin kau tetap berada di sisiku. Jangan pernah berpikir untuk pergi lagi ya?"

Xavier meremas tangan Ellena yang tak pernah lepas dari genggamannya. Xavier mendongak, menahan air mata yang siap untuk turun. Ia tidak tau kenapa semua hal yang menyangkut Ellena selalu mempengaruhi sisi emosionalnya.

Tok tok tok

Xavier segera mengusap matanya agar tidak terlihat habis menangis. "Masuk!"

Saat pintu terbuka, Carlos masuk dengan diikuti Yura dibelakangnya. Tatapan khawatir di mata Yura berubah menjadi lega ketika melihat majikannya baik-baik saja. Bahkan gadis itu tak peduli tatapan tajam Xavier mengarah padanya.

Yura langsung berlari menghampiri Ellena. Tapi seseorang tiba-tiba mengacungkan pedang padanya.

Xavier. Pria itu tak memperbolehkan Yura untuk mendekati Ellena.

"Ceritakan kejadian yang sebenarnya."

Tubuh Yura gemetar ketakutan saat menceritakannya.

"Setiap malam, Putri Ellena memang sering meminta dibuatkan susu. Saat itu hamba sendiri yang ingin membuatkannya tetapi juru masak menawarkan diri untuk membuatnya. Awalnya saya menolak tapi beliau mengatakan tidak ingin dapurnya hancur seperti terakhir kali pelayan putri Serena membuatkan makanan. Jadi juru masak yang membuatkan susu untuk Putri Ellena."

"Apa kau tidak melihat proses membuat susunya?" Tanya Xavier.

"Saya melihatnya tapi tidak ada yang aneh. Semua tahapannya sama seperti yang sering saya buat, Yang Mulia."

"Apa sebelumnya putri Ellena meminum minuman yang lain?" Tanya Carlos membuat kedua orang didepannya kebingungan. Lalu ia pun menjelaskan, "Karena ada racun yang bekerja beberapa jam setelah diminum."

Xavier merasa ucapan Carlos ada benarnya.

"Hendrik mengatakan racun yang diminum Ellena adalah racun Flowerevil. Cara bekerjanya 4 sampai 5 jam setelah diminum oleh manusia." Ucap Xavier mengingat perkataan sang tabib.

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang