BAB 16

59.4K 3.9K 36
                                    

"Ellena..."

Seseorang memakai gaun serba putih dengan rambut panjang menjuntai hingga mengenai tanah berdiri membelakangi Ellena. Hal itu membuatnya ketakutan, tapi ia hanya bisa diam di tempat karena kakinya tidak bisa bergerak.

"S-siapa?" Hanya itu yang bisa Ellena lontarkan.

"Ellena..."

Perempuan itu tiba-tiba berbalik. Ellena berteriak saat melihat wajah perempuan itu setengah hancur dan penuh darah.

"Hahaha aku akan menangkapmu, Ellena!"

Ellena segera berlari menjauhi perempuan itu dengan napas terengah. Tapi langkahnya terasa lambat. Ia tak bisa berlari cepat sedangkan perempuan itu terus mengejarnya.

Ellena menangis histeris hingga tiba-tiba ia terjatuh karena tersandung batu dan langsung berpindah alam.

Ketika Ellena membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah Xavier dengan tatapan khawatirnya. Pria itu berjongkok di lantai tepat di tepi kasur. Tangan yang satunya mengelus kepala Ellena, sementara yang satunya lagi digenggam erat oleh gadis itu.

Ellena yang tersadar langsung duduk sambil melepaskan genggamannya.

"K-kau belum pergi?" Tanya Ellena gugup karena terus ditatap oleh Xavier.

"Mimpi buruk ya?"  Bukannya menjawab, Xavier malah balik bertanya.

Ellena hanya menjawab dengan anggukan kecil..

Xavier bangkit dan duduk menghadap Ellena. "Mimpi apa?"

Ellena mengedarkan pandangan kesana kemari. Merasa tidak ada yang aneh, ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga Xavier. "Mimpi dikejar hantu." Bisik Ellena membuat Xavier berusaha menahan tawa.

"Bagaimana rupanya? Apakah sangat menakutkan?"

Ellena mengangguk dengan ekspresi serius. "Sangat menakutkan. Wajahnya seram dan hancur, lalu gaun yang ia pakai berlumuran darah. Tapi menurutku, ada yang lebih menakutkan dari itu."

"Apa?"

"Ditinggal pergi olehmu."

Xavier langsung membuang muka. Pria itu menggigit bibir sambil menarik napas panjang. "Kau mulai lagi." Gumamnya dengan suara kecil, bahkan nyaris tak bersuara.

Xavier yang sudah bisa mengontrol diri pun kembali menatap Ellena. "Ellena."

"Ya?"

"Selama aku pergi, kau tidak boleh nakal."

"Wejangan macam apa itu? Kau pikir aku anak kecil?" Kesal Ellena.

"Menurutmu?"

Ellena terdiam, tak berani membalas ataupun menatap Xavier. Ia akui dirinya memang sedikit nakal tapi bukan berarti ia adalah anak kecil. Hanya karena kemarin Ellena tak sengaja menyenggol guci, Xavier jadi mengomelinya habis-habisan.

Saat itu Ellena terlampau senang karena Xavier memberinya coklat dari Dukedom Patrice yang terkenal sangat enak. Ia berlari riang menuju kamar, tapi tak sengaja menyenggol guci yang menjadi hiasan lorong istana.

Sebenarnya walaupun Xavier melontarkan kata-kata pedas atau menghukumnya pun Ellena tidak masalah. Karena ia juga sering diperlakukan seperti itu oleh sang ayah.

Tapi Xavier berbeda. Bukannya marah karena gucinya hancur, Xavier justru memarahi Ellena karena takut gadis itu terluka.

Ellena menatap Xavier dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Maafkan aku."

"Kau ingin ku bawakan apa?" Tanya Xavier mengalihkan pembicaraan.

"Hah? Tidak perlu repot-repot." Tapi melihat ekspresi tidak suka di wajah Xavier, Ellena pun kembali melanjutkan. "Aku hanya ingin makanan."

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang