BAB 30

51.2K 3.5K 19
                                    

Beberapa saat sebelumnya...

Xavier menghentikan kudanya tak terlalu jauh dari istana. Karena ia tak bisa begitu saja masuk kedalam sana melihat banyak sekali pengawal yang berjaga di setiap penjuru istana. Ia sedang mengatur strategi agar bisa masuk ke kamar Ellena tanpa ketahuan.

Pria itu bersembunyi di balik pohon besar seraya memikirkan misi.

Tiba-tiba saja keributan di depan gerbang istana membuat atensi Xavier teralihkan. Seorang wanita tua terlihat sedang berdebat dengan beberapa pengawal.

"Hamba harus segera memberikan obat ini kepada putri Ellena."

Ucapan wanita tua itu membuat mata Xavier seketika terbelalak. Apa Ellena-nya sedang sakit?

"Tapi anda datang melebihi batas waktu yang diizinkan. Yang Mulia tidak memperbolehkan anda datang di jam ini. Datang lah lagi esok hari."

"Tapi jika tidak diberikan sekarang, racunnya akan semakin menyebar."

"Tidak! Kembalilah besok! Ini perintah raja!"

Merasa ucapannya tak lagi diindahkan, wanita tua itu pun pergi. Padahal obat pembasmi racun itu harus diberikan pagi dan malam hari. Tapi tadi putranya sedang sakit jadi ia agak terlambat datang. Ia tidak habis pikir dengan Raja Arion yang seperti tidak memperdulikan kesehatan putri bungsunya.

Bruk

"Astaga!" Di pertengahan jalan, tiba-tiba seseorang berjubah hitam menghadang jalannya.

"Apa maksud perkataan anda barusan? Ellena keracunan? Bagaimana bisa? Sejak kapan itu terjadi?! Kenapa mereka tidak membiarkan anda masuk?!" Pertanyaan beruntun yang sarat akan kekhawatiran itu membuat sang wanita tua tersenyum samar. Ternyata masih ada yang menyayangi putri Ellena.

"Ada yang sengaja menambahkan racun ke minuman putri Ellena. Hamba tidak tau siapa yang melakukannya. Tapi sepertinya semua ini telah direncanakan."

Wanita tua itu mendongak, menatap wajah Xavier yang tertutup topeng dan tudung kepala. Ia langsung menyerahkan kendi-kendi kecil berisi obat.

"Bawalah gadis itu pergi sebelum anda menyesal."

"Maksudnya?"

"Saat memeriksa keadaan putri Ellena, hamba menemukan banyak luka ditubuhnya. Hamba tau anda paham apa yang hamba maksud."

•••••

Jika tau Ellena-nya tidak mendapat kebahagiaan di rumah yang gadis itu sebut surga, maka sudah dari dulu Xavier menculik Ellena. Sekarang yang ada di benak Xavier hanyalah kata-kata penyesalan.

Tapi penyesalan terbesar Xavier adalah karena tidak sempat melenyapkan ayah serta para kakak Ellena. Ia begitu panik mendengar Edgar berteriak histeris saat melihat tubuh Ellena kejang-kejang. Xavier langsung membawa Ellena ke Distopia, walaupun harus menyerang Edgar terlebih dahulu.

Para penghuni istana Distopia begitu terkejut melihat Xavier membopong tubuh Ellena. Carlos dengan sigap langsung memanggil Hendrik untuk memeriksa keadaan calon nyonya mereka.

Xavier meletakkan Ellena dengan hati-hati di ranjang. Ia tak bisa menahan tangis ketika melihat mulut Ellena kembali mengeluarkan darah. Dengan hati-hati, Xavier pun menyekanya walau tidak berguna karena darah itu kembali muncul.

"Mohon izin, Yang Mulia." Ucap Hendrik tapi tak dihiraukan oleh Xavier.

Melihat tuannya tidak ingin menyingkir, Carlos dengan terpaksa menarik tubuh kekar itu agar tidak menghalangi Hendrik untuk memeriksa keadaan Ellena.

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang