"Ini susu untuk anda, calon istri kesayangan Raja Distopia."
"Hei!" Ellena memberengut tak suka dengan panggilan yang digunakan Yura. Hanya karena ia bilang merindukan pria bongsor itu. Bukan berarti ia mencintainya.
Bukan.
'Bukan salah lagi ehe'
Hanya tersisa dua hari lagi bulan purnama akan tiba. Ia akan kembali ke Distopia dan melepas rindu dengan Xavi- eh Levi.
Ellena langsung menenggak susu pemberian Yura sampai tandas. Setelah itu, ia memberikan gelas kosong tersebut pada Yura yang kini tertawa melihat ekspresi sang tuan putri.
"Anda mencintainya, Putri. Tidak usah menyangkal lagi."
"Tidak! Aku tid- Ah!"
Ellena memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit. Lalu rasa sakit itu beralih pada tenggorokan. Tapi lebih menyakitkan karena rasanya seperti terbakar.
"Putri?"
"Sakit, Yura..."
Mata Yura terbelalak saat Ellena batuk darah. Setelah itu, Ellena pun tak sadarkan diri dengan wajah pucat dan mulut yang masih mengeluarkan darah.
Di sisi lain, istana Distopia yang biasanya suram dan gelap berubah 180°. Xavier sudah kembali sehat. Kini pria itu sibuk mendekorasi istana untuk menyambut kedatangan Ellena. Bahkan kereta kuda pun ia hias untuk dinaiki Ellena nanti.
"Menurutmu, apa makanan kesukaan Ellena?" Tanya Xavier pada Carlos.
"Semuanya, Yang Mulia."
"Ah kau benar. Apa aku perlu membakar ikan lagi?"
"Tidak usah, Yang Mulia." Panik Carlos mengingat saat itu kekuatan Xavier memulih sangat lama hanya karena membakar ikan.
"Lalu aku harus apa?" Xavier bertanya pada yang lain. Hendrik sang tabib kerajaan paling dipercaya dan William sang pelatih ksatria Distopia.
"Anda hanya perlu menunggu kedatangan nona Ellena, Yang Mulia. Untuk urusan makanan, dekorasi dan lain sebagainya biar itu jadi urusan kami." Jawab Carlos mewakili kebingungan Hendrik dan William.
"Tidak!" Xavier berdiri dari kursi kerjanya. "Aku harus membeli pakaian baru. Dia pasti menemukan pria-pria yang lebih muda dan tampan disana. Aku tidak ingin terlihat seperti paman tua."
"Hah?"
"Carlos, panggilkan Countess Sofia kesini."
"Baik, Yang Mulia."
"Dan kalian berdua. Urus persiapan sambutan Ellena." Ucap Xavier yang dibalas anggukan dari William dan Hendrik.
Mereka pun meninggalkan Xavier sendiri di ruang kerjanya. Pria itu terlihat memandangi luar jendela yang mengarah ke danau, lalu menatap gelang yang melingkar di pergelangan tangannya sambil tersenyum.
•••••
Tangan Yura terkepal menatap para sumber kesedihan Ellena berada di kamar sang tuan Putri. Raja Arion, Serena dan Helena membawa seorang tabib yang seharusnya dari dua hari lalu sudah memeriksa keadaan Ellena.
Yura sudah menangis sampai bersimpuh di hadapan Raja Arion hanya untuk meminta tabib memeriksa keadaan Ellena. Tapi pria itu tak mengabulkan dan justru malah menyebutnya penipu. Tak masalah jika hanya ia yang dihina. Namun Raja Arion juga menyebut Ellena ratu drama dan tentu saja hal itu memancing amarah Yura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...