Xavier kembali ke istana dengan wajah murung. Tak ada yang berani mengajak pria itu bicara, bahkan Carlos sekali pun. Di gendongan Xavier ada Levi yang sedang tertidur setelah sekian lama menggonggong karena ditinggal Ellena.
Langkah Xavier terhenti di kamar yang dipakai Ellena. Pria itu perlahan membukanya dan tak ada yang berubah dari kamar tersebut. Ia sengaja menyuruh Luna untuk tidak mengubah apapun yang ada di kamar itu.
Xavier meletakkan Levi di sofa, sementara ia merebahkan diri di ranjang. Pria itu berusaha memejamkan mata. Tapi sayang, bayang-bayang wajah Ellena yang pertama melintas dipikirannya.
Baru beberapa jam saja sudah rindu. Apalagi jika satu bulan? Mungkin dia sudah sekarat.
Di sisi lain, Ellena menatap istana didepannya yang tidak berubah sedikit pun. Rasanya seperti dejavu ketika datang ke tempat itu. Mungkin karena terlalu nyaman di istana milik Xavier jadi dirinya merasa asing saat kembali ke Asteria.
"Terima kas– Eh? Kemana dia pergi?" Ellena celingukan mencari prajurit yang mengantarnya menuju istana. Tapi Ellena sudah tidak heran karena mengingat raja mereka juga seperti setan yang suka tiba-tiba datang dan pergi sesuka hati.
"PUTRI ELLENA?!"
Ellena menoleh ke sumber suara. Tepat dibalik gerbang istana yang tinggi, Yura berdiri disana dengan penampilannya yang jauh dari kata baik. Kantung matanya terlihat menghitam. Tubuhnya juga terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Sudah dipastikan keluarganya tidak memperlakukan Yura dengan baik.
Ellena berlari ke arah Yura yang sudah keluar dari gerbang. Mereka berpelukan sambil menangis haru.
"Anda darimana saja, Putri? Saya pikir anda sudah tiada. Raja pun menghentikan pencarian setelah satu Minggu tidak membuahkan hasil. Mereka seperti tidak peduli anda masih hidup atau tidak."
Ellena tersenyum miris. "Tidak masalah, Yura. Aku memang sudah menduganya sejak awal."
"Sebenarnya anda darimana saja, Putri?"
"Nanti akan ku ceritakan. Sekarang aku ingin masuk dan melihat ekspresi mereka."
Tapi ternyata takdir mempercepat keinginannya. Tepat di pintu utama istana, Raja Arion dan Serena menatapnya tidak percaya. Mungkin mereka mengira dirinya sudah mati? Hal itu membuat Ellena tertawa dalam hati.
Andai mereka tau kalau selama ini dirinya diurus oleh manusia yang paling mereka takuti. Mungkin mereka tidak akan percaya.
•••••
Raja Arion dan Serena tentu sangat terkejut melihat kemunculan Ellena. Mereka pikir Elena sudah mati diterkam hewan buas atau dijadikan tumbal rakyat Distopia. Tapi kenyataannya gadis itu datang dengan selamat sentosa tanpa luka sedikit pun.
Raja Arion bahkan meminta tabib kerajaan untuk memeriksa Ellena, takut jika yang datang ke istana bukan Ellena yang asli melainkan arwahnya. Tapi setiap tabib yang diperintahkan memeriksa Ellena mengatakan jika itu adalah manusia asli.
Hal tersebut memancing rasa penasaran di benak sang Raja. Ia langsung menanyakan kemana Ellena pergi, tapi gadis itu menjawab dengan linglung seolah hilang ingatan. Ingin bertanya lebih tetapi raja Arion merasa itu hanya buang-buang waktu. Ia pun memilih tak peduli dan tak memeriksa lebih lanjut apakah putrinya sedang berbohong atau tidak.
Sekarang Ellena sedang berada di kamar, bersama dengan Yura tentunya. Gadis itu duduk di tepi ranjang sambil menceritakan kisah sebenarnya pada Yura.
"RAJA DISTOPIA?!" Pekik Yura histeris.
Ellena mengangguk sombong. "Kau tidak percaya, bukan? Bulan depan akan ku tunjukkan padamu."
"Bagaimana rupanya? Apa dia tampan? Atau seram seperti rumor orang-orang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...