Beberapa hari kemudian kondisi Ellena sudah mulai membaik. Ia mulai ceria seperti biasanya dan berperilaku seolah tak terjadi apa-apa. Xavier jadi bingung harus bereaksi bagaimana. Di satu sisi ia merasa senang karena Ellena tidak trauma. Tapi disisi lain ia agak menyayangkan Ellena masih belum mempercayainya untuk dijadikan tempat berkeluh kesah. Apa ia kurang worth it untuk semua itu?
Dari jendela ruang kerjanya, Xavier tersenyum melihat Ellena yang sedang bermain di taman istana bersama Levi. Yura juga ada disana. Karena Xavier sudah memperbolehkan gadis itu untuk menjaga Ellena dari dekat. Lagipula ia tidak ingin dibenci oleh Ellena hanya karena menjauhkan pelayan pribadinya.
Xavier menatap langit yang mulai mendung, lalu kembali menatap Ellena. Matanya seketika terbelalak melihat gadis itu tersungkur dengan posisi bersujud.
Xavier langsung berlari bak orang kesetanan. Orang-orang yang berpapasan dengannya pun ia tabrak, tak peduli mereka pria atau wanita. Yang terpenting saat ini adalah kondisi Ellena.
Emang paling bener Ellena tuh jangan ditinggal. Oleng dikit, bumi ditabrak sama dia.
Tapi orang yang dikhawatirkan Xavier justru sedang tertawa karena melihat pelayannya juga terjatuh saat ingin menolongnya.
"Wajahmu seperti babi." Ellena tertawa sambil menunjuk wajah Yura yang terkena lumpur.
Yura berusaha bangkit. "Anda juga sama, putri."
"ELLENA!"
bruk
Yura harus kembali menahan pil pahit. Baru saja ingin berdiri, ia kembali terdorong ke lumpur akibat ulah Xavier.
Tawa mengejek seseorang pun terdengar. Terlihatlah Carlos yang mendekat kepadanya tanpa menghentikan tawa. Pria itu mengulurkan tangan tapi langsung Yura tepis. Hal tersebut membuat Carlos spontan mengatupkan bibir.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Xavier sambil membantu Ellena berdiri. "Sekarang wajahmu sudah mirip babi."
Yura ingin tertawa, tapi mulutnya langsung dibekap oleh Carlos.
Bibir Ellena mengerucut, tak terima dikatai oleh Xavier. Tapi pria itu seolah tidak peka dan malah fokus membersihkan kotoran di wajah Ellena.
"Semua ini gara-gara Levi." Adu Ellena.
"Nanti aku usir."
"Usir Levi?"
"Usir dirimu lah! Enak saja anakku diusir."
"Menjengkelkan sekali."
Xavier mencubit hidung Ellena. Ia tak tahan melihat kegemasan gadis itu.
"Disini tidak ada ayunan ya?" Tanya Ellena.
"Kau mau naik ayunan?"
Ellena mengangguk antusias.
Xavier berbisik pada Carlos, membuat Ellena memicingkan mata. Gadis itu memberi kode pada Yura untuk mendengarkan pembicaraan kedua pria tampan tersebut tapi sepertinya Yura tak mengerti.
Tak berselang lama, Carlos mengajak Yura pergi. Kini tinggal tersisa Xavier dan Ellena. Gadis itu masih memicingkan mata, menatap Xavier penuh rasa curiga.
"Berbisik apa tadi?" Tanya Ellena penasaran.
"Minta dibuatkan ayunan." Jawab Xavier.
"Oh benarkah? Dimana? Menurutku lebih baik buat disana, Vier." Ellena menunjuk tempat yang dibawahi pohon rindang. Sepertinya akan cocok jika ayunan ditempatkan disitu karena tidak akan terkena sinar matahari.
"Bukan di istana ini."
"Lalu dimana?" Bingung Ellena.
"Di tepi jurang. Supaya aku bisa mendorongmu jatuh ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasíaTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...