Tiga hari berlalu, Xavier memilih menyudahi sandiwaranya karena menyadari perubahan sikap Ellena. Gadis itu menjadi lebih pendiam dan Xavier sangat tidak suka dengan hal tersebut.
Entah apa salahnya, entah apa dosanya, tiba-tiba didiamkan tanpa penjelasan. Mengingat beberapa hari lagi gadis itu akan kembali ke alamnya untuk sementara waktu. Xavier pun jadi makin gelisah galau merana.
Xavier menatap langit malam sambil beberapa kali menghela napas kasar. Malam-malam gini enaknya deeptalk. Tapi Ellena sudah tidur dan dirinya juga harus mengurus orang yang memasukkan jamur beracun itu pada masakan Ellena.
Ya, orang itu sudah tertangkap.
Dia adalah seorang juru masak bernama Zion yang merupakan tangan kanan dari salah satu bangsawan yang telah melakukan korupsi besar-besaran hingga membuat rakyat sengsara. Saat itu bangsawan tersebut telah berhasil ditangkap dan dimasukkan ke penjara, tapi dia berhasil kabur entah kemana.
Xavier sudah mengerahkan banyak ksatria untuk mencari buronan tersebut serta memerintahkan Carlos memeriksa kembali data para pengawal, pelayan dan juru masak istana. Karena ia juga menemukan ada sekitar tujuh pengawal yang ikut menjadi tangan kanan buronan tersebut.
Kedelapan orang itu langsung dipenjara dan mendapat penjagaan yang sangat ketat.
Jika di kerajaannya diperbolehkan membunuh sesama maka Xavier bersumpah ingin membunuh orang-orang itu.
"Salam, Yang Mulia."
Xavier berbalik menatap Carlos. "Ada apa?"
Carlos menggulirkan bola mata, merasa gugup untuk mengatakan tujuannya datang. Xavier yang mengerti langsung mempersempit jarak dengan Carlos.
"Ada apa?" Tanyanya lagi dengan serius.
"M–maaf Yang Mulia, Putri Ellena telah menghilang dari istana."
Mata Xavier terbelalak. "BUKANKAH TADI KAU BILANG ELLENA SUDAH TIDUR?!"
"Saat pelayan memeriksanya ternyata itu bukan Putri Ellena tapi guling yang ditutupi selim–"
"KERAHKAN PENGAWAL UNTUK MENCARI ELLENA DI SEKITAR ISTANA DAN BERI TAHU WILLIAM UNTUK MENYURUH PARA KSATRIA MENCARI DI SEKITAR HUTAN!"
Tangan Xavier seketika terkepal, rahangnya mengeras hingga membuat otot-otot di lehernya tercetak jelas. Pantas saja Ellena mengatakan kalimat aneh tadi pagi. Ternyata gadis itu ingin pergi darinya.
Flashback
Ellena menyuapi Xavier dengan telaten. Pria yang kini sedang sibuk melihat berkas-berkas ditangannya itu kembali membuka mulut saat makanannya sudah habis ditelan. Walaupun matanya tidak tertuju pada Ellena, tapi ia merasa ada yang janggal dengan sikap Ellena.
Xavier menutup dokumen ditangannya dan beralih menatap Ellena. "Kenapa?"
Dahi Ellena berkerut, bingung.
"Kenapa hanya diam? Biasanya kau sangat berisik. Melihatmu seperti ini rasanya sangat aneh. Apa aku melakukan kesalahan?"
"Emm Xavier." Ellena tiba-tiba tersenyum, membuat Xavier kebingungan.
"Dari awal bertemu, aku merasa belum pernah mengatakan terima kasih walaupun sering banyak bicara. Aku juga ingin meminta maaf jika ada kata-kataku yang menyakitimu. Aku sadar kalau selama ini sikapku selalu kasar dan kekanakan."
"Tidak masalah."
"Kalau begitu, buka lagi mulutmu."
Xavier merasa janggal dengan ucapan Ellena. Entah kenapa akhir-akhir ini sikap Ellena berubah dari yang tadinya ketus dan pemberontak menjadi lemah lembut dan perhatian. Tapi ia tidak menaruh kecurigaan sedikit pun karena tak tau yang akan terjadi kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...