Xavier tidak pernah menduga rencananya akan berakhir seperti ini. Jika bisa memutar waktu, ia lebih memilih tak pernah terlibat sandiwara itu. Ia juga tak ingin menyalahkan Carlos karena memang dirinya sendiri yang salah telah mengiyakan ide itu dan melupakan perasaan Ellena yang lain.
Gadis itu sulit menaruh kepercayaan pada orang lain. Tapi Xavier dengan bodohnya malah semakin membuat Ellena sulit mempercayainya.
Disisi lain, Ellena sudah siuman. Pearl bilang Ellena pingsan karena kelelahan. Mengingat gadis itu baru saja bangun dari koma beberapa hari lalu, stamina tubuh Ellena pun belum pulih sepenuhnya. Jadi wajar jika gadis itu mudah kelelahan.
"Apa saya perlu memanggil Yang Mulia?" Tanya Pearl dengan ragu. Karena ia khawatir melihat Ellena jadi sering melamun.
"Tidak perlu." Tatapan Ellena beralih pada Yura. "Aku ingin tidur, Yura. Jangan ganggu aku ya?"
"Baik, putri."
Yura memberi kode agar Pearl tidak bertanya lagi. Ia pun mengantar tabib wanita itu keluar dari kamar. Ternyata diluar sudah ada Xavier, Carlos dan William yang menunggu kedatangan mereka.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Xavier khawatir.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Putri Ellena hanya kelelahan."
"Aku ingin masuk."
Yura dan Pearl langsung menahan tubuh kekar pria itu yang sangat kontras dengan tubuh mereka.
"Sebaiknya anda istirahat, Yang Mulia." Ucap Yura.
"Aku tidak akan bisa beristirahat tanpa menjelaskan semuanya pada Ellena."
"Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya, Yang Mulia. Putri Ellena butuh waktu sendirian." Tambah Pearl.
Mendengar hal itu, Xavier hanya bisa terdiam. Pria itu mengintip dari sela-sela pintu yang sedikit terbuka. Tapi percuma saja karena ia tak bisa melihat Ellena dengan jelas.
Hatinya diliputi rasa khawatir. Ingin sekali mendobrak pintu itu tetapi ia tak bisa bertindak gegabah. Ia takut Ellena semakin membencinya.
"Baiklah, kalau begitu kalian segera istirahat. Ini sudah malam." Ucap Xavier lalu pergi untuk kembali ke kamarnya. Semua orang langsung membubarkan diri. Terkecuali Yura yang masuk ke dalam kamar Ellena untuk memastikan gadis itu tidur dengan nyaman atau tidak.
Tengah malam tiba, semua penghuni istana sudah memasuki alam mimpi. Terkecuali para pengawal yang berjaga di malam hari. Mereka masih berdiri tegak menjaga keamanan istana.
Seorang pria mengendap-endap menuju sebuah ruangan. Tak ada satu pengawal pun yang menangkapnya karena mereka tau siapa orang itu.
Xavier.
Pria itu tak bisa tidur nyenyak karena memikirkan Ellena. Ia ingin menemui gadis itu hanya untuk melihat kondisinya, tidak mengganggu.
Tapi langkahnya terhenti saat melihat Yura dan Carlos yang berdiri di depan kamar Ellena. Ia pun bersembunyi dibalik guci besar untuk mendengar percakapan mereka.
"Tadi putri Ellena menanyakan kapan bulan purnama akan muncul." Ucap Yura.
"Lalu kau menjawab apa?"
"Aku menjawab satu Minggu lagi. Tidak salah, bukan?"
Carlos terlihat panik mendengar hal itu. Begitu juga dengan Xavier yang hanya bisa mematung di tempat.
"Apa putri Ellena berniat ingin kembali ke Asteria?" Tanya Carlos.
"Aku sudah menanyakan hal itu tapi putri Ellena tidak menjawab."
Xavier memutuskan kembali ke kamarnya. Ia tak ingin mendengar percakapan mereka lagi. Sepertinya Ellena sangat marah dan ia bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan semua kesalahpahaman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...