BAB 11

65K 4.8K 17
                                    

Ellena menatap beberapa setel gaun dihadapannya. Mulai dari yang berwarna pastel, cerah hingga gelap. Semuanya tersedia disana dan membuat kamar Ellena seperti toko pakaian dalam sekejap.

"Bagaimana, nona? Bukankah gaun-gaun ini sangat indah?" Tanya sang pemilik toko yang ternyata adalah seorang Countess.

Ellena mengangguk dan mengambil beberapa setel pakaian dengan warna kesukaannya. "Saya hanya mengambil yang ini. Sisanya bisa anda bawa kembali ke toko."

"Tetapi Yang Mulia sudah membeli semua gaun ini, nona. Jika saya membawanya kembali, itu sama saja seperti memancing amarah singa." Ucap Countess Sofia dengan diakhiri bisikan.

Ellena merasa semakin tidak enak hati pada Xavier. Countess Sofia yang melihat ekspresinya langsung tersenyum menggoda.

"Ini pertama kalinya Yang Mulia membawa gadis ke istana. Kami sangat senang akhirnya bisa memiliki seorang ratu."

Mata Ellena terbelalak. "Bukan. Aku bukan–"

"Sudahlah, nona. Hampir semua orang di kerajaan ini mengetahui beritanya. Kami juga merestui hubungan kalian. Jadi tidak perlu disembunyikan lagi."

"Tapi ak–"

"Salam, putri Ellena dan Countess Sofia."

Keduanya mengalihkan atensi pada Carlos yang berdiri di ambang pintu kamar. Carlos berjalan mendekati Countess Sofia dan membisikkan sesuatu yang membuat wanita paruh baya itu terkejut.

Countess Sofia menatap Ellena sungkan. "Saya pamit pulang ya, putri. Maaf jika ucapan saya tadi tidak sopan. Gaun-gaun ini sudah menjadi milik anda. Saya tidak akan membawanya kembali."

Ellena mengangguk sopan. Setelah kepergian Countess Sofia, Ellena menatap Carlos dengan mata memicing. "Kau membisikkan apa?" Tanyanya curiga.

Carlos menghela napas gusar. "Daripada anda mencurigai saya, lebih baik anda membantu saya mengurus orang itu."

"Siapa? Kenapa?"

Tanpa menjawab, Carlos berjalan keluar dari kamar diikuti oleh Ellena dibelakangnya. Pria itu membawa Ellena ke taman belakang istana. Tempat dimana ia dan Xavier mengobrol tadi pagi.

Carlos berhenti, begitu juga dengan Ellena. "Lihatlah, putri."

Ellena menatap tak percaya pada apa yang sedang ia lihat. Xavier tengah asik membakar ikan menggunakan kekuatan apinya. Wajah pria itu sedikit memucat entah karena apa.

"Jika dia terus menggunakan kekuatannya, bisa-bisa kekuatannya itu habis dan perlu waktu lama untuk memulihkannya." Jelas Carlos.

"Lalu kenapa kau tidak menghentikannya?"

"Sudah saya coba tapi tidak bisa. Bukankah anda sendiri yang menginginkan ikan bakar itu?"

"Aku tidak–"

"Apa aku bisa membakar ikan disini?"

Dan ya! Ellena ingat tadi pagi sempat bertanya seperti itu. Tapi ia hanya bercanda dan tidak benar-benar menginginkan ikan bakar.

"Cepat hentikan Yang Mulia, putri." Panik Carlos.

"Tolong ambilkan kayu bakar dan kipas."

Setelah mengatakannya, Ellena bergegas menghampiri Xavier lalu memegang pergelangan tangan pria itu yang mengeluarkan api. Ellena menggoyangkannya sambil meniup telapak tangan Xavier agar apinya padam.

Xavier bingung melihat tingkah Ellena. Dengan cepat ia mematikannya saat api tersebut hampir mengenai rambut Ellena yang terurai.

"Kau!" Ellena memukul lengan Xavier hingga membuat pria itu terkejut. "Wajahmu sudah pucat! Apa kau tidak takut kekuatanmu akan habis hanya karena membakar ikan?!"

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang