BAB 12

65.6K 4.7K 36
                                    

"Jika kau bosan berada di istana, ikutlah denganku besok."

Perkataan itu terus terngiang di otak Ellena. Jika dibilang bosan, sebenarnya Ellena tidak bosan berada di istana karena dari dulu ia memang jarang keluar jika tidak ada acara penting. Tapi menolak ajakan Xavier juga rasanya tidak sopan.

Gaun berwarna merah muda sangat cocok dipadukan dengan kulit putih Ellena. Gadis itu menuruni tangga dengan anggun, membuat semua mata tertuju padanya. Tak terkecuali sang penguasa Distopia.

Xavier berdehem canggung saat Ellena menatapnya sambil tersenyum.

"Kau salah kostum."

Ucapan Xavier melunturkan senyuman di wajah Ellena. Sontak saja gadis itu menatap Carlos dan para pengawal yang memakai pakaian berkuda.

"Kau tidak memberitahu mau pergi kemana!"

"Kau tidak bertanya."

Kekesalan Ellena semakin menjadi-jadi karena pembelaan yang dilakukan Xavier.

"Aku tidak jadi ikut!"

"Ganti bajumu."

"Maaf menyela, Yang Mulia. Latihan akan dimulai sebentar lagi. Jika kita–"

"Cepat ganti bajumu, Ellena." Tekan Xavier memotong ucapan Carlos.

"Tap–"

"Aku tunggu."

Tanpa banyak bicara, Ellena berlari menuju kamarnya. Luna– kepala pelayan yang diberi tatapan penuh peringatan oleh Xavier pun mengerti apa yang harus ia lakukan. Wanita paruh baya bertubuh gempal itu segera berlari menyusul Ellena guna membantunya bersiap.

Tatapan Xavier beralih pada Carlos.

"Aku yang menyelenggarakannya. Aku juga yang bisa membatalkannya. Jadi tidak usah membicarakan waktu denganku." Ucap Xavier tak ingin dibantah.

Carlos hanya bisa mengangguk patuh. Walaupun dalam hati kebingungan karena tak biasanya Xavier lalai terhadap waktu. Bahkan ksatria yang terlambat datang saat latihan pun diberi hukuman yang tidak ringan. Tapi hanya demi menunggu Ellena, Xavier rela menjilat ludah sendiri.

Tak berselang lama, Ellena datang bersama Luna. Gadis itu begitu cantik dengan pakaian berkuda dan rambut panjang yang diikat hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Para pengawal sampai menelan ludah melihat kecantikan bak dewi dihadapan mereka.

Xavier menatap tajam para pengawalnya dan membuat mereka langsung panik. Carlos yang mengerti bergegas memimpin mereka untuk keluar dari istana.

Ellena menghampiri Xavier dengan bingung. "Ada apa dengan mereka?" tanyanya lugu.

"Lepaskan saja." Titah Xavier dengan lirikan tajam tertuju pada leher jenjang Ellena.

"Apa?"

"Ikat rambutmu."

Xavier hendak menarik ikat rambut milik Ellena, tapi gadis itu dengan sigap menahan tangan besar Xavier. "Bibi Luna sudah susah payah merapikannya. Enak saja mau dilepaskan!"

"W-wah ternyata saya salah, putri. Anda lebih cantik dengan rambut terurai daripada diikat." Panik Luna ketika mendapat pelototan dari Xavier.

"Mari saya bantu lepaskan."

"Tidak mau, bibi. Udara di luar lumayan panas. Lebih nyaman dengan rambut seperti ini." Kekeuh Ellena.

Luna menatap Xavier seolah meminta izin. Tapi yang ditatap masih memberikan tatapan tajam, sebelum akhirnya meringis karena Ellena tiba-tiba mencubit lengan pria itu.

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang