Hujan turun dengan deras disertai angin kencang dan kilatan petir yang begitu mengerikan. Awan gelap tak kunjung berubah cerah dari sejak pagi.
"Hujannya deras sekali." Ujar Ellena menatap pemandangan diluar jendela dengan posisi berbaring di ranjang. Tangannya mengelus kepala Xavier yang kini sedang berada di lehernya.
"Bisa diam tidak? Geli tau!"
Xavier seketika langsung diam. Ia yang tadinya terus menciumi leher Ellena mulai berhenti berulah.
Pernikahan mereka sudah berjalan 1 Bulan tapi tak ada yang berubah. Ellena masih suka ketus dan tidak peka. Sementara Xavier masih dengan sifat bunglonnya. Kadang dingin, kadang manja, kadang ngambek, kadang kiding emang idupnya.
"Setelah hujan reda, bagaimana jika kita jalan-jalan?" Tawar Ellena karena takut suaminya kembali merajuk.
"Kemana?"
"Alun-alun kota."
"Disana sangat ramai. Aku hanya ingin berduaan denganmu, Elle."
"Tapi aku tidak mau hanya berduaan denganmu."
Xavier langsung melayangkan tatapan horor pada Ellena.
"Karena aku ingin dunia tau kalau kita sudah bersama."
Pipi Xavier bersemu mendengar ucapan Ellena selanjutnya. Pria itu kembali menyembunyikan wajahnya di leher Ellena. Tapi karena terlalu salah tingkah, ia melampiaskannya dengan menggigit bahu wanita itu.
Perlahan kepala Xavier mendongak, menatap Ellena yang terlihat menahan amarah. Karena takut pada sang istri, Xavier pun tersenyum lebar.
"Maaf sayang, hehe..."
•••••
Xavier tidak pernah menyangka akan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Ditinggal oleh orang tuanya sejak remaja membuat Xavier berpikir untuk tidak mencintai orang lain lagi dalam hidupnya, karena ia merasa setiap orang memiliki potensi untuk meninggalkan. Bahkan sempat terbersit di benak Xavier untuk tidak menikah dan tidak mencintai orang lain seumur hidupnya.
Tapi semua itu berubah saat Ellena hadir ke hidupnya. Wanita itu membawa kembali keceriaan Xavier yang telah lama hilang.
Disaat seperti ini, bolehkah ia berterima kasih pada kakak Ellena yang sudah membuat Ellena-nya tersesat? Dan jangan lupakan raja terdahulu yang sudah membuat perjanjian itu.
"Aku merindukan teman-temanku." Ucap Ellena sambil menatap sekumpulan gadis muda yang sedang tertawa riang.
Alis Xavier menukik tanda tak suka dengan ucapan Ellena. Lalu tanpa sadar genggaman tangannya mengerat, membuat Ellena menoleh padanya.
"Ada apa?" Bingung Ellena melihat ekspresi Xavier berubah murung.
"Jangan meninggalkanku lagi."
"Astaga, Vier." Ellena tak bisa menahan tawa karena mendengar ucapan Xavier. "Memangnya kau memperbolehkanku pergi?"
"Tidak!"
"Kalau begitu, kenapa takut hm?"
"Kau adalah orang yang tidak bisa ditebak, Elle. Bagaimana jika kau pergi ketika tidak dalam pengawasanku? Bagaimana jik–"
"Kau sangat berlebihan, Xavier." Potong Ellena. Nada suara gadis itu seperti kesal dan membuat Xavier berpikir kalau Ellena marah padanya. Pria itu pun memilih diam, tanpa menghiraukan sapaan para rakyat yang ia lewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distopia in the Moonlight (TAMAT)
FantasyTak pernah terbayang di benak Ellena jika ia akan hidup kembali setelah dibunuh oleh suaminya hanya karena menghina selingkuhan pria itu. Ia pun bertekad untuk tidak mengulangi hal yang sama di kehidupan keduanya. Tapi bagai keluar dari kandang hari...