BAB 32

52.9K 3.6K 47
                                    

Sepasang kelopak mata itu perlahan terbuka, menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang sangat menyilaukan. Kerongkongannya terasa kering. Perutnya juga keroncongan seolah meminta haknya. Tapi satu hal yang baru ia sadari. Kenapa dirinya berada di Distopia?

"Syukurlah."

Ellena bingung saat Hendrik kegirangan setelah melihatnya terbangun.

"Saya akan memanggil Yang Mulia. Tolong kau periksa dulu putri Ellena, Pearl." Titah Hendrik pada Pearl, adiknya yang juga menekuni bidang kesehatan.

Pearl mendekati ranjang Ellena. "Apa yang anda rasakan, putri?"

"Lapar."

Hanya satu kata itu yang menggambarkan kondisi Ellena saat ini. Pearl tertawa kecil. Ia langsung memanggil pelayan yang sejak tadi mengintip diluar pintu.

"Yura!!" Panggil Ellena dengan suara serak.

Yura tersenyum melihat Ellena sudah sadarkan diri. Ingin sekali dirinya memeluk Ellena, tapi ia takut Xavier akan membunuhnya. Tidak tau saja dia jika Xavier paling takut membunuh orang.

"Tunggu sebentar, putri. Saya akan mengambil makanan untuk anda."

Walaupun bingung dan belum sempat bertanya bagaimana bisa Yura ada disini, Ellena pun menganggukkan kepalanya.

Yura berlari menuju pintu keluar tanpa melihat ke depan. Tiba-tiba saja tubuhnya terdorong ke samping akibat ulah Xavier. Beruntung seseorang dengan cepat menangkapnya.

"Anda baik-baik saja, nona?" Yura masih syok. Ia perlahan mendongak, menatap pria yang baru saja menolongnya. Pria itu tersenyum ramah.

Oh tidak, itu Carlos. Kenapa Yura baru sadar kalau pria itu sangat tampan?

Di sisi lain, bagaikan anak kecil yang bahagia melihat sang ibu, Xavier langsung naik ke ranjang dan memeluk tubuh Ellena yang masih lemah. Pria itu menyembunyikan wajahnya di leher Ellena agar para bawahannya tidak melihat ia menangis.

"Xavier, jangan mengeluarkan air liurmu!"

Pearl hampir menyemburkan tawa saat mendengarnya. Hendrik yang melihat itu segera menarik tangan Pearl agar keluar dari kamar sebelum terkena amukan sang raja. Karena sepertinya Xavier dan Ellena butuh waktu berdua.

Carlos sudah pergi duluan mengantar Yura mengambil makanan di dapur istana. Alasannya adalah takut gadis itu menambahkan sesuatu di makanan Ellena. Padahal mah emang mau modus aja si abang ni.

Ellena merasa aneh karena bahu Xavier bergetar dan juga sayup-sayup terdengar isakan yang berasal dari pria itu. "Xavier? Kau kenapa? Apa ada yang menyakitimu?" Panik Ellena.

Setelah memastikan tidak ada lagi orang, Xavier pun perlahan mendongak menatap Ellena yang sedang menahan tawa.

"Jangan tertawa!"

"Baiklah, maafkan aku." Ellena menangkup rahang Xavier dan mengusap air mata di pipi pria itu.

"Dimana Levi?" Tanya Ellena.

Xavier merasa cemburu karena yang gadis itu tanyakan pertama kali adalah Levi dan bukan kabarnya.

"Aku ada di depanmu, Elle." Protes Xavier.

"Aku tau." Jawaban Ellena membuat bibir Xavier sedikit cemberut "Yang aku tanya itu Levi."

"Tidak tau!"

Xavier kembali menyembunyikan wajahnya di leher Ellena. Ingin sekali Ellena mendorongnya jatuh ke bawah tapi takut pria itu akan marah dan tidak memberinya makan.

Tak berselang lama, Yura datang bersama Carlos yang membawa nampan berisi makanan. Tapi sepertinya Yang Mulia Raja Xavier Harrison terhormat tidak menyadarinya dan membuat Carlos harus mati-matian menahan tawa melihat Xavier yang biasanya sangar berubah menjadi anjing kurang belaian di pelukan Ellena.

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang