BAB 41

46.5K 2.9K 39
                                    

Flashback
Di kehidupan pertama (Xavier version)

"Calon istri anda adalah Serena Luxone bukan Ellena Luxone, Yang Mulia. Karena putri Ellena sudah menikah dengan seorang Duke." Ucap Carlos.

Tangan Xavier terkepal. Bahkan gelas kaca yang berada dalam genggamannya ikut hancur karena cengkraman Xavier yang terlalu kuat.

Gelas yang hancur seolah menggambarkan suasana hati Xavier saat ini. Perjanjian yang ia kira akan menguntungkannya untuk mendapat gadis itu kembali justru menjadi awal dari kehancurannya sendiri.

Xavier merasa hidupnya tidak adil. Ellena-nya, gadis kecil itu sudah menikah dengan pria lain dan bukan dirinya.

"Apakah anda akan mengirim surat balasan, Yang Mulia?"

"Tidak perlu." Xavier berujar lirih. Harapannya sudah mulai lenyap kala mendengar gadis yang ia cintai sudah menikah dengan pria lain. Jadi untuk apa pernikahan itu dilakukan? Lagipula membuka hati untuk wanita selain Ellena akan terasa sulit baginya.

"Lalu kapan kita harus menghancurkan kerajaan itu?"

"Nanti setelah Ellena tiada." Jawab Xavier asal-asalan. Karena jika Asteria ia hancurkan, Ellena pun akan ikut hancur mengingat perempuan itu adalah istri dari salah satu Duke di kerajaan Asteria.

"Baiklah, saya harap anda selalu bahagia, Yang Mulia. Jangan terlalu terpaku pada masa lalu karena masih ada masa depan yang menunggu anda."

Xavier seolah tuli dengan apa yang dikatakan Carlos. Tak peduli apapun masa depannya. Jika ia ingin Ellena, ya itu yang menjadi sumber kebahagiaannya.

Dua tahun berlalu, Xavier masih bertahan dalam kesendirian. Pria itu terus merindukan Ellena yang kini sudah menjadi milik orang lain. Terkadang pria itu berpikir untuk merebut Ellena dari suaminya yang sekarang. Tapi ia langsung menepis pemikiran absurd tersebut.

Merebut kebahagiaan orang lain bukanlah prinsipnya.

Tetapi jika ia ingin melihat wajah Ellena untuk sedikit melepas rindu, tidak apa bukan? Hanya sekedar melihat, tidak akan merebut.

Keesokan harinya, Xavier diam-diam pergi ke Asteria. Tentunya dengan memakai kalung buatan sang ibu yang bisa membuatnya pergi dan pulang sesuka hati.

Tapi ketika sampai di kediaman Duke Erland– pria yang digadang-gadang adalah suami Ellena, ia melihat orang-orang disana sedang mengadakan upacara pemakaman. Pemikiran absurd kembali melintas di otaknya. Apakah itu pemakaman sang Duke? Bukankah bagus jika Ellena menjadi janda?

Tapi pemikiran itu langsung lenyap saat ia mendengar percakapan orang-orang disekitarnya.

"Duke itu harus dihukum mati! Berani sekali dia memenggal kepala istrinya sendiri!"

Hati Xavier seketika mencelos.

"Aku harap Duke itu mendapat balasan yang setimpal dan untuk Lady Gracia semoga dia tidak pernah menemukan kebahagiaan dalam hidupnya."

Beberapa orang terlihat memasukkan tubuh seseorang yang sudah terlepas kepalanya ke dalam makam. Xavier menutup mulutnya tak percaya diiringi isakan lirih. Kemarahannya seketika meletup-letup. Ia berjalan mendekati Erland yang terlihat sedang pura-pura menangis. Walaupun para penjaga mencegahnya masuk, Xavier tetap menerobos dan langsung melayangkan tinju ke wajah dan tubuh Erland hingga pria itu terkapar tak berdaya.

Orang-orang sontak saja berteriak histeris. Apalagi saat Xavier membakar kediaman Duke Erland, mereka lebih memilih untuk menyelamatkan diri. Dalam hitungan detik, Xavier menghilang dan tiba di istana Asteria. Dia juga membakar tempat itu, tak peduli dengan kekuatannya yang semakin melemah dan kutukan yang akan terjadi nanti.

Distopia in the Moonlight (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang