07. Boss?

189 19 1
                                        

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum! Halo semuanyaaa!!

Apa kabarr?

Semoga kalian sehat-sehat terus🫶🏻

Jangan lupa sholat 💙

Happy Reading ~

"Kita beneran udah nikah?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat Amal keluar dari kamar mandi dan mendapati Alee yang kini sedang berada di meja riasnya.

Saat ini, pengantin baru itu baru saja menyelesaikan resepsi pernikahan mereka, dan kini tengah berada di kamar Alee. Sesuai kesepakatan mereka, keduanya akan tinggal sementara di rumah keluarga Alee.

"Menurut kamu aja, deh!" Alee mendengus sebal mendengar pertanyaan dari Amal barusan. Kemudian perempuan itu kembali melanjutkan kegiatannya membersihkan riasan wajahnya yang cukup tebal itu.

Keduanya kemudian terdiam. Amal menatap intens Alee yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Menyadari tengah ditatap, Alee mengalihkan pandangannya ke arah samping, di mana Amal kini tengah duduk dengan tatapannya yang tertuju pada dirinya.

Terjadi kontak mata diantara keduanya, membuat sepasang suami istri itu mengalihkan pandangannya masing-masing sembari berdeham singkat guna mengalihkan rasa canggung yang melanda.

Seketika, suasana canggung bercampur suara berisik yang samar-samar terdengar dari luar kamar menghiasi ruangan tersebut.

"Ekhm! Aku ke kamar mandi dulu," ujar Alee seraya berdeham singkat kemudian beranjak menuju kamar mandi, berniat berganti pakaian dan membersihkan tubuhnya.

Sementara itu, Amal terus saja menatap kepergian sang istri dengan intens. Lelaki itu masih dalam kondisi syok dengan fakta saat ini. Dirinya sudah menjadi suami dari Alee.

Kalimat itu berhasil membuatnya tersenyum tipis. Cukup lama ingatan lelaki itu kembali berada pada moment akad nikahnya barusan sebelum akhirnya ia kembali menatap ke arah kamar mandi saat mendengar suara pintu yang terbuka.

Lagi dan lagi, kontak mata antara Amal dan Alee terjadi. Membuat keduanya buru-buru mengalihkan pandangannya dengan pipinya yang sama-sama memerah karena malu.

Alee kemudian berusaha untuk biasa-biasa saja. Perempuan yang masih mengenakan hijab instannya itu memilih duduk di pinggir kasur, berhadapan dengan Amal yang duduk di sofa.

"Eum, aku ... eh, kita ... saling manggil apa setelah ini, Mal?" Entah kehabisan topik atau bagaimana, Alee langsung ke inti pembahasan.

Pertanyaan tersebut berhasil membuat fokus Amal hanya tertuju pada sang istri. "Saya pengennya ada panggilan khusus, sih?" jawab lelaki itu.

Mendengarnya, Alee mengangguk-anggukkan kepalanya. Ternyata ia sepemikiran dengan Amal. "Kalau gitu, kamu ada rekomendasi?" Kembali perempuan itu mengajukan pertanyaan.

Amal tampak berpikir sejenak. Lalu dengan tiba-tiba pipinya memerah, lelaki itu lantas berdeham singkat, berusaha mengatur ekspresi dan degupan jantungnya. "Sayang?" sahutnya dengan suara pelan.

Mata Alee tentunya membulat sempurna mendengar usulan itu, disusul oleh serabut merah yang muncul di pipinya. "Apaan?! Memangnya kamu sayang sama aku?!" ujarnya dengan nada yang pura-pura galak.

Amal mengangguk pelan seraya menggaruk pipinya karena salah tingkah. "Sayang. Kan, wajib sayang sama istri," ungkap lelaki itu.

Tambah baperlah Alee dibuatnya karena jawaban dari Amal itu. "Jangan sayang, deh!" papar gadis itu. Nanti yang ada aku baper terus! lanjutnya dalam hati.

Bekal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang