"Siap-siap, besok siang keluarga Pak Mikail mau datang, Nak," ujar Pak Al-Dafi, Ayah dari Alee.
Mendengar ucapan sang ayah, Alee terdiam sejenak dengan alis yang saling bertaut, pertanda ia kebingungan. "Mau ngapain, Yah? Tumben?" tanyanya guna memperjelas informasi dari Ayahnya, jantung perempuan itu tampak berdegup kencang.
"Mau melamar. 'Kan waktu itu Ayah sama Bunda udah ngasih tau kalau kamu sama Amal di jodohkan." Kali ini, mata Alee melebar sempurna, tatapannya memancarkan aura protes yang kuat, meski debaran jantungnya yang kencang masih terasa kala mendengar apa yang baru saja Ayahnya ucapakan.
"Aku kan udah nolak, Ayah. Amal pasti juga nolak, kok, kenapa perjodohannya tetap di lanjutkan?" protes Alee, hari ahadnya yang sudah ia rancang indah seketika seolah terasa muram karena informasi itu, bibirnya tampak melengkung ke bawah.
Mendengar pernyataan dari sang putri, kening pak Al-Dafi mengerut. "Kata Pak Mikail, Amal terima perjodohannya kok," timpal sang Ayah.
"Hah?!"
**
Alee bergerak cepat menghampiri ponselnya yang sedang ia cas di sudut sana, perempuan itu kemudian melepaskan kabel charge dari ponselnya lalu segera duduk pada pinggir kasur. Fokus perempuan itu tertuju pada ponselnya yang kini sudah menampilkan sebuah aplikasi chat.
Tangan perempuan itu bergerak dengan lihainya di atas papan ketik ponselnya, mengetikkan sebuah pesan yang ia tunjukkan pada sang bos.
"Pak Amal terima perjodohan ini?" Pesan singkat itu Ale kirimkan pada Amal.
Setelah pesan itu terkirim, Ale tampak menggigit kukunya, tidak sabaran menunggu belasan dari Amal. Gadis itu bahkan sampai berdiri dari duduknya dan berjalan mondar-mandir.
Blub!
Suara notifikasi dari ponselnya membuat alis segera mengeceknya dengan terburu-buru, mata perempuan itu bergerak membaca deretan huruf yang menjadi balasan dari Amal.
"Iya soalnya kata Papa saya, kamu suka sama saya." Isi pesan tersebut berhasil membuat mulut Ale terbuka cukup lebar.
"Maksudnya gimana sih kok bisa Mikail tahu aku suka sama Amal?" gumam perempuan itu dengan intonasi yang sangat pelan, takut ada orang lain yang mengetahui perasaan yang sudah lama sekali ya pendam diam-diam.
Menetralkan rasa terkejutnya, tangan perempuan itu kembali mengetikkan sesuatu. "Aku enggak!" tulisnya sebagai balasan untuk pesan Amal.
"Kamu pasti salah paham. Kata ayah saya, suka di sini tuh dalam artian suka bakso, bukan naksir bakso." Di seberang sana Amal membalas pesan Alee sesuai dengan ucapan ayahnya waktu itu.
Alee yang membacanya mengerutkan kening. "Maksudnya ini suka sekedar suka? Bukan suka dalam artian cinta?" gumam perempuan itu dengan mata yang menyipit, sedikit bingung dengan hal tersebut.
"Terus kenapa Pak Amal terima perjodohan ini masa karena hanya alasan itu?" Alee kembali mengetikkan balasan pada Amal. Iris mata coklat muda milik gadis itu tampak fokus menatap ke arah layar ponselnya menunggu balasan dari sang bos.
Heran juga, kenapa Amal menerima perjodohan ini karena ia yang menyukai lelaki itu? Mana katanya suka dalam artian suka bakso doang? Tidak masuk akal bukan? Pikir Alee.
Sementara itu, di sana Amal yang mendapat pertanyaan seperti itu, terdiam dengan raut wajah kebingungan, bingung ingin menjawab bagaimana pesan tersebut.
Sebab, dia sendiri juga bingung mengapa menerima perjodohan ini. Sungguh sangat lucu, jika harus menjawab bahwa ia menerima perjodohan ini karena cinta monyetnya yang kembali bersemi ketika diberikan bekal oleh Alee.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bekal in Love
RomanceFrom; "Boss," to; "Babe," ** "Itu apa?" -Amal "Bekal," -Alee "Buat saya?" -Amal "Bukan, bekal buat akhirat!" -Alee Begitulah awal mula Amal CLBK pada Alee, dari bekal menjadi cinta! Yang plot twist-nya, ternyata ia dijodohkan dengan gadis pujaan hat...