05. Menuju Halal

98 15 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum! Halo semuanyaaa!!

Apa kabar?👋🏻

Jangan lupa sholat 💙

Happy Reading ~

"Kak Alee yakin mau nikah sama si Amal? Jujur aja, aku kurang srek sama dia." Alee menoleh pada Adiknya yang kini sedang menyetir di sebelahnya. Mereka sedang berada di jalan kembali rumah usai tadi berada di restoran tersebut.

"Kenapa kamu ngerasa kurang srek?" balas Alee seraya mengerutkan keningnya bingung.

"Kakak lupa atau bagaimana, sih? Si Amal-Amal itu, kan, tukang ngadu," timpal Althaf seraya mendengus sebal mengingat kelakuan Amal yang sering kali mengadukan dirinya pada sang ibu.

Mendengar hal itu, Alee sontak tertawa. "Itu, mah, kamunya aja yang enggak suka sama Amal. Aneh!" ungkapnya.

Althaf berdecap. "Memangnya kak Alee suka sama dia, sampai mau nikah sama dia?" tanya lelaki itu seraya melirik ke arah sang kakak.

"Kepo deh!" ujar Alee yang berhasil membuat Amal melongo, kecewa berat dengan jawaban sang kakak.

**

"Kamu jangan terlalu sering ngasih saya bekal. Kita lagi masa ta'aruf, enggak boleh terlalu sering ketemu tanpa perantara seperti ini." Amal menatap kotak bekal dihadapannya. Bekal yang berisi; udang, telur balado, nasi putih, sayur bening dan potongan apel itu baru saja di berikan oleh Alee.

Alee menyengir mendengarkan hal itu. "Tapi kan lagi di kantor, Pak. Aku juga cuma mau ngasih bekal. Kita enggak ngapain-ngapain juga, kan? Lagipula di depan juga ada Pak Geri, pintunya juga enggak ke tutup, kok!" papar gadis itu.

"Iya. Tapi enggak baik. Untuk bekalnya terima kasih banyak, sekarang kamu boleh keluar," timpal Amal yang membuat Alee memajukan bibirnya tetapi tetap juga mengikuti perintah sang calon suami itu.

"Liat aja, nanti habis nikah, kamu enggak bakal rela aku keluar ruangan kamu!" gumam Alee ketika sudah tiba di kursi kerjanya. "Bantuin, ya, Ya Allah." Perempuan itu kemudian memejamkan matanya saat melangitkan doa itu.

**

Jika biasanya orang-orang yang ingin menikah memiliki banyak sekali rintangan dan tantangan. Maka Alee dan Amal sebaliknya, keduanya justru diberikan kemudahan oleh Allah.

Setelah melalui proses ta'aruf dan berdoa kepadanya Allah untuk diberikan jawaban yang terbaik selama sebulan, mereka akhirnya tiba pada kesepakatan untuk lanjut ke jenjang berikutnya.

"Kamu sama kak Amal enggak prewedding, kan?" Zahra bertanya pada Alee. Gadis yang berstatus adik dari Amal itu memang menjalin tali pertemanan dengan Alee.

"Bukannya dosa? Kata Amal begitu," jawab Alee menatap heran ke arah Zahra yang bertanya demikian.

"Kalian sering ngobrol berdua? Enggak boleh loh, Alee! Dosa!" ujar Zahra, matanya membulat sembari menggelengkan kepalanya.

Bola mata milik Alee tampak berputar malas mendengar ucapan Zahra. "Kamu itu gimana, sih? Aku sama kakak kamu itu, kan, ta'aruf! Ya pastinya hampir semuanya tuh udah di bahas. Dulu aku juga sempat ngobrolin hal ini sama Amal," jawab perempuan itu.

Zahra mengangguk paham seraya menyengir kuda. Malu juga karena tiba-tiba merasa bodoh seperti barusan. "Oh iya, Alee. Kamu itu suka sama kakakku enggak, sih?" Gadis itu kembali bertanya.

"Kepo deh!" Alee tertawa cukup keras saat melihat ekspresi wajah Zahra yang masam saat ia membalas seperti tadi.

"Kamu sama Kak Amal sama aja! Nyebelin banget deh! Mau nikah kok gitu? Di tanya 'suka apa enggak', enggak mau jawab!" Zahra cemberut.

Bekal in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang