Episode 1. The Demon Loan Shark

230 21 2
                                    

Nasi goreng, segelas susu khusus untuk usia emas alias kalangan lanjut usia dan potongan pisang telah tersedia di meja makan. Avelia menatap puas sambil meletakkan gelas berisi air mineral hangat, untuk melengkapi sarapan khusus untuk Papa. Semua yang terhidang ini adalah kesukaan Papa.

Semoga dengan menyediakan semuanya, mood Papa yang mudah melayang ke sana ke mari itu akan bergerak menuju ke arah yang akan memudahkan rencana Ave. Ia sudah menanti cukup lama untuk sampai ke titik ini. Setelah mengikuti semua keinginan Papa dan sebentar lagi... saat Lily, sahabat sekaligus iparnya melahirkan nanti, semuanya akan lengkap.

My Little Kingdom Cafe

Nama yang sudah dipilih Ave untuk cafe yang akan dibangunnya nanti. Sebuah cafe dengan tema kerajaan dengan target untuk keluarga. Ia bahkan sudah berkonsultasi dengan beberapa temannya saat di Sydney dan juga di Jakarta, juga mengumpulkan berbagai lay-out ruang cafe yang menarik dari berbagai cafe yang ia survei saat berkunjung ke berbagai negara. Selama di Sydney, Ave juga sengaja mengambil pekerjaan paruh waktu di beberapa cafe untuk mempelajari jenis usaha ini. Tak lupa ia mengikuti dua kursus singkat menjadi Barista.

Tapi namanya juga rencana, untuk mewujudkan sudah pasti ia perlu dana. Papa adalah investor utama yang ia pilih. Berbulan-bulan menunggu dengan sabar, sambil berusaha mengambil hati Papa, dan sekaranglah waktunya.

"Waaah, harumnya! Masak apa, Ve?" tanya Papa sambil memasuki ruang makan dengan wajah sumringah. Wajah Papa sedikit memerah setelah berjalan kaki di sekitar komplek perumahan.

Ave menoleh. "Kesukaan Papa. Nasi goreng!" sahutnya.

Papa mendekat dan duduk di depan hidangan yang dibuatkan Ave itu. Ave memang jago memasak. Sejak ia remaja, gadis ini suka sekali berada di dapur. Kelezatan masakannya sudah tak usah diragukan. Sejak ia pulang, Ave memasak sendiri semua makanan untuk Papa dan abangnya, sebelum Ajie menikah.

Papa menatap nasi goreng. Mulutnya sedikit terbuka. Seleranya langsung menggelora. Tapi kemudian keningnya berkerut. "Telor Papa mana, Ve?"

Ave yang baru hendak duduk di seberang Papa terpaku diam. Otomatis menjawab, "Ya sama Papalah. Ave kan cewek, gak punya telor." Lalu ia duduk di depan Papa. Ia sudah makan tadi, langsung dari wajan penggorengan.

"Sembarangan!!" Lap di atas meja melayang dan hinggap di kepala Ave. "Telor buat nasi gorengnya, Little Monkey!"

Ave tertawa, mengangguk-angguk. "Maunya telor apa, Pa? Dadar, Mata sapi, omelet, scramble, benedict, rebus atau panggang? Setengah matang atau full-cooked?"

Papa bengong. Itu apa? Hidangan telur semua?

Bicara sama anak yang kursus memasak puluhan kali memang membingungkan. Hanya minta telur goreng saja, Papa harus memutar otak untuk memahami menunya.

"Mata sapi, setengah matang aja deh. Pusing Papa dengerin yang lain," kata Papa akhirnya sambil meraih gelas berisi air putih hangat. Menyesapnya. Menghadapi satu anak perempuan itu melelahkan. Sungguh melelahkan.

"Ok, Big Monkey!" sahut Ave penuh semangat sambil berdiri.

Air menyembur dari mulut Papa yang sedang minum. Matanya mendelik kesal. Punya anak gadis satu-satunya, tapi mulutnya pahitnya nauzubillah. Didikan luar negeri membuat gadis cantiknya terlalu berani bahkan terhadap Papanya sendiri.

"Ve, udah ada rencana nerusin di mana?" tanya Papa sembari bersandar di kursi. Sudah lama ia ingin membicarakan rencana pendidikan Ave. Mumpung mood anaknya sedang bagus, rasanya inilah saat tepat untuk membicarakan.

Ave menoleh sedikit. "Nah, Pa... kebetulan Ave mau ngomong soal itu juga. Bentar Pa!" Ave menuju kulkas, mengambil sebutir telur dan kembali ke depan kompor. Tangannya bergerak lincah mengambil penggorengan dan menyalakan kompor.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang