Episode 27 - The Cold War (Regret)

49 11 0
                                    

~ Cinta itu datang diam-diam, penyesalan datang belakangan ~

Tanpa bertanya lagi, Natasha mengambil tumpukan dokumen yang didekap Ave dan meletakkannya begitu saja di atas meja yang paling dekat dengannya. Lalu ia menatap Elang, "Bawa dia turun! Biar gue yang ngomong sama Zaid."

Elang hanya mengangguk sebelum merangkul Ave menuju lift.

Dengan langkah anggun, Natasha mendatangi Zaid. Raut wajahnya tampak jelas sangat marah. Namun tersembunyi di balik senyum tipis penuh makna. Tanpa peduli pada semua yang memperhatikan dirinya, ia menatap Zaid.

"Gue bawa Ave dulu," desisnya sebelum berbalik dan pergi tanpa menunggu jawaban Zaid.

Zaid hanya bisa memandangi dalam kebisuan. Ia tak menyangka perbuatannya menjadi bumerang.

Jika Ave sampai sesedih itu, berarti gadis itu benar-benar tak menyukainya. Sekarang Natasha juga terlibat. Pasti Natasha tahu tentang mereka. Jelas sahabatnya itu juga tak terima Ave menjadi seperti itu. Sungguh bukan ini yang diharapkan Zaid.

Ia hanya jatuh cinta. Ia hanya sekali lagi mengikuti perasaannya sendiri. Ia mengikuti nalurinya yang susah payah ia sembunyikan selama beberapa minggu terakhir. Hati siapa yang mampu bertahan menghadapi gadis secantik Ave setiap saat? Tapi Zaid tak menyangka, menyukai gadis itu adalah kesalahan.

Dulu ia melakukan kesalahan yang nyaris sama. Menuruti kata hatinya. Namun akhirnya membuat seluruh dunianya hancur dalam sekejap, termasuk persahabatan dengan Ajie. Sekarang itu terjadi lagi. Ia tak peduli Natasha akan memaafkannya atau tidak, tapi melihat airmata kembali mengalir di wajah Ave, Zaid merasa dirinya benar-benar manusia yang jahat.

Zaid kini mengerti, selama ini Ave hanya bermain-main. Gadis itu memang pada dasarnya suka bercanda dan bermain.

Perbedaan usia membuat Zaid lupa memperhitungkan hal itu sebelumnya. Gadis itu menganggapnya sama seperti yang lain. Sekarang semua sudah terjadi.

"Pak?" Jenny menatap Zaid heran. Gadis itu memberi kode ke arah para tamu yang kini sudah berjalan masuk ke dalam lift. "Meeting kita... "

"Ayo!" potong Zaid sebelum Jenny selesai bicara, sambil melangkah cepat, disusul Jenny yang membawa setumpuk dokumen.

Para tamu sudah lebih dulu naik, jadi tinggal Zaid dan Jenny dalam lift berikutnya. Setelah berpikir, Zaid hanya punya satu cara saat ini.

"Jen, booking flight ke KL secepatnya. Kalau bisa malam ini juga," ucap Zaid datar.

Jenny menoleh kaget. "Eh tapi besok... "

"Re-schedule semua, yang gak bisa biar Hazmi yang tangani. Saya ingin ketemu kakak saya," potong Zaid lagi sambil memasukkan tangan ke kantung celananya lalu menghembuskan napas panjang. "Harus," lanjutnya dengan mata menerawang.

Melihat raut wajah sang bos yang muram, Jenny bisa merasa ada sesuatu yang terjadi.

Mungkin ada hubungannya dengan Ave atau... Natasha. Entahlah. Sudah lama Jenny bekerja dengan Zaid, tapi baru kali ini ia melihat Zaid tampak berbeda jika di hadapan dua gadis itu.

Jenny tak bisa berbuat apa-apa. Mau tak mau malam ini ia harus lembur lagi, mengatur semuanya agar tak berantakan saat sang bos pergi.

"Tapi bilang ke semua orang kalo saya ada kerjaan di luar. Jangan bilang siapapun kalau saya pulang. Terutama pada Ave."

Tatapan 'Aha! Benar kan!' terlihat jelas di sorot mata Jenny. Tapi ia hanya mengangguk-angguk. Kini ia yakin seyakin-yakinnya, pucuk masalahnya adalah Ave.

"Mulai besok, Ave akan pindah ke Creative. Setelah meeting, saya akan ke Pak Bambang untuk jelasin semuanya," ujar Zaid.

Lagipula sudah lama ia menceritakan soal proposal itu pada Bambang, manajer di departemen Creative.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang