Episode 41 - Like Uncle, Like Niece

35 14 0
                                    

~ Paman dan Keponakan setali tiga uang. Sama-sama bermulut pahit, tapi sama-sama jatuh dalam cengkeraman Ave (Avelia) ~

Ave bernyanyi riang saat menunggu lift untuk kembali ke kantor, usai menemui Papa. Ternyata Papa hanya ingin menemui sebentar sebelum berangkat ke Hongkong bersama Ajie. Dengan alasan ia harus bekerja lagi, Ave meminta Papa segera pergi. Walaupun tampak berat, tapi akhirnya Papa pun kembali.

Di depan lift ia bertemu dengan Hazmi.

"Loh mau ke mana, Mas?" tanya Ave melihat asisten Zaid yang tampak terburu-buru itu.

"Ah, kebetulan kamu di sini... Ada kakaknya Pak Zaid datang, Ve. Kamu bisa pulang dan sambut dia dulu gak? Pak Zaid masih ada meeting dan saya gak tau sampe kapan," pinta Hazmi tergesa-gesa.

Dengan sigap, Avelia mengangguk. "Tenang aja, Mas! Tapi Ave minta tolong nitip pesan izin ke Pak Bambang ya."

Hazmi mengangguk cepat. Setelah itu keduanya berpisah. Dengan terburu-buru, Ave segera memesan taksi online.

Sesampainya di rumah Zaid, Ave bernapas dengan lega saat melihat belum ada siapapun di halaman depan. Sambil tersenyum santai, ia membuka pintu. Perlahan ia menggeser daun pintu dan...

"BAAAA!" teriak seseorang dari dalam.

"AAAKH!!" jerit Ave hingga ia mundur dan jatuh terjengkang.

Teriakan ditambah melihat sebuah wajah dengan mata merah melotot, lidah panjang menjulur dan bulu-bulu yang memenuhi wajah, berhasil mengejutkan Ave. Mata gadis itu nyaris melompat keluar karena terkejut dan takut, sebelum menutup mata dengan kedua tangannya yang gemetar.

"Ha ha ha ha ha!" Suara tawa keras membahana dari depan pintu, membuat Ave memberanikan diri membuka matanya yang ia tutup dengan tangan.

Seorang gadis kecil berusia antara 14-15 tahun tampak berdiri sambil memegang sebuah topeng menyeramkan. Ia tertawa tergelak. Masih shock, Ave hanya bisa diam tak mengerti. Tak lama muncul seorang wanita dari dalam.

"Aduh, ya Allah, Laylaaa!! Nakalnya awak ni!" seru wanita itu melotot pada gadis kecil itu sambil membantu Ave berdiri. "Maafkan budak saya, ya! Maafkan budak saya!"

Ave tersenyum pahit, "Gak papa, Kak! Gak papa, Kak... Ini kakaknya Mas Zaid?"

Wanita di depan Ave itu mengangguk sambil tersenyum. "Awak ini... "

"Saya karyawannya Mas Zaid. Juga yang jadi tukang masak di sini," ucap Ave memperkenalkan diri. Tangannya menyalami tangan wanita itu. Untung ia ingat kalau kakak Zaid  seorang warga negara Malaysia.

"Panggil ja saya dengan Kak Zahra. Dan itu... yang nakal tu, ponakan si Zaid. Budak saya. Layla namanya," kata Zahra dengan logat khas Melayu yang sangat kental.

Ave tersenyum manis. "Selamat datang, Kak Zahra dan Layla."

Tangan Zahra melambai di depan wajahnya sambil menarik tangan Ave. "Sudah, sudah. Jangan jadi formal. Sila masuk, kita cakap di dalam sahaja."

Ave dan Zahra pun masuk bersama-sama, diikuti Layla yang melangkah di belakang mereka. Ave memperhatikan Zahra yang tampak sangat berbeda dengan Zaid. Tubuh Zaid menjulang tinggi, jauh berbeda dengan kakaknya yang hanya setinggi Ave. Jika mata Zaid hitam kelam bagai sumur tak berdasar, maka mata Zahra jauh lebih terang, lebih kecoklatan dan penuh keramahan. Kulit Zahra juga lebih gelap, tekstur wajahnya yang bulat telur dan lebih mirip orang Melayu pada umumnya. Sangat berbeda dengan Zaid yang berkulit lebih terang dengan tekstur wajah tegas dan dagu yang tajam. Apa benar keduanya berhubungan darah?

Zahra mengajak Ave ke dapur. Ternyata wanita itu memasak. Ada sayur sup, sambal, tumisan kentang dan ayam goreng di meja dapur.

"Kerana Layla lapar, saya cek ke peti sejuk dan lihat banyak sekali bahan. Semua bahan sudah siap tinggal dimasak, jadi mudah. Maaf kalau mengganggu kerjaan awak."

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang