Episode 19 - The Crown Rules

48 11 0
                                    

~ Aturan dibuat untuk dipatuhi, bukan? ~

Seorang penyihir?

Zaid menatap Ave yang tersenyum lebar padanya, sebelum menghela napas. "Kalo becanda itu jangan kelewatan, Ve. Gak semua orang suka."

Ave mengangkat bahu. "Ya udah kalo gak percaya. Gak maksa kok. Yang jelas someday, somehow... I'll prove it!" kata Ave dengan tatapan penuh arti. Lalu ia berdiri dan meninggalkan Zaid. Tapi baru beberapa langkah, gadis itu kembali lagi dengan terburu-buru.

"Eeeh, Ave sampe lupa," serunya sambil meletakkan kantong kain yang sedari tadi dipegangnya di atas kursi. "Ini untuk Bapak."

Zaid menunduk menatap kantong itu. "Apa itu?"

"Rujak!" jawab Ave ringan.

"Saya gak suka rujak, Ve. Kamu tau itu kan?"

Ave menyeringai. "Iiih, ini kan bukan dari Ave. Ave cuma nyampein amanah, Pak."

Zaid mendongak. Lurus menatap Ave. "Dari siapa?"

"Dari Ratu Penyihir!" jawab Ave cepat.

Zaid melongok.

Ave tertawa kecil lalu tangannya mengibas pelan. "Gak usah kaget, Pak. Ave becanda kali. Ini dari Kak Lily. Semalam Ave kan pu... ketemu Kak Lily, terus sama dia dititipin pesan buat bawain ini ke Bapak. Kebetulan kemarin Kak Lily bikin banyak buat teman-temannya yang lagi datang, termasuk Ave. Karena waktu Kak Lily acara nujuh bulanan, Bapak gak diundang, ya udah dikasih sekarang," lanjutnya tanpa mengatakan kalau ia bertemu Lily karena semalam ia pulang menemui Papa. Sayangnya, Papa ternyata sedang keluar rumah bersama teman baiknya. Hanya ada Lily dan teman-temannya. Rujak itu juga buatan Ave yang spontan didaulat setengah paksa oleh Lily dan teman-teman kantornya yang cerewet itu.

"Hmm... saya gak diundang. Kenapa? Dilarang Ajie?" tebak Zaid sedikit sinis.

Ave duduk lagi. "Ih Bapak, negatif thinking aja! Kan waktu itu belum kenal sama Kak Lily. Sekarang aja udah mau nunggu lahiran. Lagian ye Pak, mending gak usah datang deh!"

Zaid tersenyum masam. "Kok gitu? Kenapa?"

"Waktu itu Ave malah dimarahi sama Mas Ajie, dan diginiin terus sama Kak Lily... " Ave mengelus-elus perutnya yang dimajukan seperti orang hamil dan meniru gaya Lily.  "... Amit-amit jabang bayi! Amit-amit jabang bayi! Jangan niru tantemu ya!... Tuuh gitu tuh, Pak!"

"Memangnya kamu habis melakukan apa sampai Lily begitu?" tanya Zaid masih dengan senyum tertahan.

Kening gadis itu berkerut sebelum menggeleng. "Gak ada! Malah Ave nawarin bantuan jagain anak-anak kecil yang ibu-ibunya lagi pada ngaji. Ave ajakin ke ruangan lain supaya mereka gak gangguin ibunya."

Zaid bingung. Tak ada yang salah. Tapi kalau Lily sampai mengatakan hal itu, pasti ada sesuatu. Ia jadi makin ingin tahu.

"Terus? Kenapa Ajie marah dan Lily sampe gituin kamu?" selidik Zaid. Ia jadi ingin tahu lebih banyak. Jangan-jangan Ajie masih seperti dulu. Marah untuk sesuatu yang sebenarnya tak perlu diambil hati.

Ave mengangkat bahu. "Waktu itu ada anak kecil, nyolok-nyolok hidungnya. Terus Ave tanyain dia kenapa. Nah dia bilang hidungnya gak enak. Karena Ave jijik ngambil tai hidungnya anak itu, jadi Ave ajarin tuh cara ngupil."

Tidak ada yang salah. Wajar kalau Ave tak terbiasa mengurus anak kecil. Dia saja masih seperti anak kecil. Tapi gadis ini sudah benar mengajari anak itu.

"Terus... pas anak itu selesai dan nanya upilnya diapain kalo udah dapet, waktu Ave mau jawab, ada anak yang lebih besar nyamperin Ave dan nanya juga. Ave cuma jawab satu kalimat, eh... malah disalahin. Gitu aja kok, beneran!" lanjut Ave.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang