Episode 37 - Fragrance Of Love

47 13 0
                                    

~ Sesuatu yang tak bisa disembunyikan adalah aroma cinta ~

Kesunyian terasa sepanjang jalan karena Ave benar-benar kelelahan. Zaid ingin mengajaknya makan malam, tapi mata gadis itu malah tertutup. Akhirnya ia mengarahkan mobil pulang.

Ave tidak tidur. Gadis itu hanya sedang berpikir. Pikirannya dipenuhi aneka pertanyaan. Ia ingin memahami perasaannya sendiri. Terhadap mimpinya, terhadap keluarganya, dan... terhadap pria yang ada di sebelahnya.

Mengapa sekarang hatinya begitu mudah tersentuh hanya karena melihat Zaid menunggunya berjam-jam di rumah sakit? Kenapa hatinya bergetar dengan mata menahan tangis melihat senyum bahagia yang terlihat di wajah kakaknya yang biasanya sangat jarang emosional? Dan kenapa bayi mungil itu, yang baru hadir beberapa jam, mampu membuat Ave menginginkan bayinya sendiri?

Lalu ke mana cita-cita dan impiannya bergeser dari hatinya? Kenapa ia tak lagi yakin? Kenapa sekarang di otaknya malah teringat kalimat singkat dan dingin Zaid saat mengatakan ingin menikahinya? Bahkan ia bisa mengingat dengan baik pernyataan itu. Mulai ingin mengucapkan jawaban yang berlawanan dari sebelumnya. Ia ingin mengucapkan....

"AAAAAKH!!! TIDAK!" pekik Ave tak sadar sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Zaid terlonjak kaget dan nyaris membelokkan kemudi begitu saja. Buru-buru ia mengendalikan diri.

"Astaghfirullah, Ve! Kenapa? Kamu mimpi?" tanya Zaid. Ia tak menghentikan mobil, hanya mengurangi lajunya sambil melirik Ave.

Ave melirik kesal, mulutnya cemberut sebelum menjawab, "IYA! Mimpiin Bapak!* Cih*!"

Kedut di sudut bibir Zaid terangkat sedikit. Tapi matanya jelas menertawakan Ave. "Ya bagus kan mimpiin saya. Gimana? Mimpinya kita lagi ngapain? Ciuman? Tidur bareng? Mandi... hahaha!"

Tak tahan menggoda Ave, Zaid tertawa.

"Iiih, Bapak jorok! Ave kasih tahu ya... Enggak, sama sekali enggak!" Mulut Ave makin lancip, ia bahkan melipat kedua tangan di depan dadanya. Merajuk.

Tawa Zaid mereda. Ia mengganti raut wajah gelinya dengan senyuman. "Apa mimpi tentang saya seburuk itu sampai kamu kesal begini?"

"Enggak sih... "

"Jadi mimpiin apa?"

"Itu... tentang... bayi," gumam Ave terus terang. Nyaris tanpa pikir panjang.

Tangan Zaid hampir melepas kemudi lagi. Ia menoleh cepat, sebelum teringat kalau sedang menyetir. "Ya ampun Ve, kita menikah aja belum, kamu sudah mimpiin bayi yang mirip saya!"

"BAPAAAK!" pekik Ave kesal lagi. Kali ini Ave sengaja memejamkan matanya lagi. Lebih baik tidur daripada terus menerus digoda boss yang kini makin pandai membalasnya.

Zaid tertawa lagi. Lebih lebar. Lebih lama. Tak lagi peduli gadis di sebelahnya kembali merajuk, dan membuang muka. Ia tahu, ada kemajuan yang telah ia buat untuk meraih hati gadis ini.

Tapi kelelahan ternyata membuat Ave benar-benar tertidur. Zaid memilih untuk membopongnya masuk, Ave sempat menggeliat dan matanya terbuka sedikit.

"Tidur aja!" bisik Zaid pelan sambil melepaskan safety belt.

"Hmmm... " Lalu dengan santainya Ave mengalungkan tangan ke leher Zaid dan melanjutkan tidurnya. Ia dikelilingi pria-pria penyayang dan suka memanjakannya dari kecil dalam keluarga. Perhatian seperti ini hanyalah salah satu bagian dalam kenangan manisnya.

Zaid membawa Ave ke kamarnya. Ia tak membawa Ave ke paviliunnya, karena pasti terkunci dan Zaid tak ingin merogoh tas gadis itu untuk mencari kunci sembarangan. Lebih baik dirinya yang mengalah tidur di sofa atau di ruang kerja. Lagipula, terakhir kali melirik kamar paviliun, Ave berhasil mengubah desain kamar minimalis itu menjadi seni tingkat tinggi dari sebuah kapal pecah.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang