Episode 17 - Do Not Fall For Love

50 13 0
                                    

~ Dari masakan turun ke perut, lalu naik ke hati (Avelia) ~

"Maafin Ave ya, Pak! Baju Bapak jadi kotor," mohon Ave dengan airmata masih menggenang dan hidung berair saat menatap kemeja Zaid yang basah. Gadis itu bahkan sempat mengusap ingusnya di situ.

Tapi Zaid hanya menatapnya tanpa kata, sebelum menarik tangan Ave untuk mengajaknya kembali ke mobilnya. Zaid mengambil kemeja lain yang tergantung di belakang mobil. Ia memang selalu menyiapkan pakaian lain di mobil. Berjaga-jaga jika ada meeting mendadak yang penting untuk dihadiri dengan pakaian yang pantas. Sebelum ke toilet, Zaid memberi isyarat Ave untuk masuk. Dengan patuh, gadis itu masuk. Zaid mengambil kotak tisu dan meletakkannya di atas pangkuan Ave, sebelum menutup pintu mobil.

Saat menunggu Zaid, telepon Ave berbunyi. Layar ponsel menampilkan wajah Elang. Bergegas Ave menjawabnya. Tak lama terlihat mobil Elang berbelok ke tempat parkir, mendekati mobil Zaid. Elang memberikan dua kotak makan sebelum kembali pergi. Sesuai keinginan Ave, Elang akan mengantar makanan ke kantor untuk teman-temannya.

Tapi saat bertemu pandang dengan Ave yang keluar dari dalam mobil, kening Elang berkernyit, "Kamu kenapa, Dek? Habis nangis? Diapakan sama bosmu? Dimarahi?" tanyanya kuatir.

Ave menggeleng. Bibirnya mencebik. Secara singkat diceritakan apa yang barusan terjadi termasuk bagian Zaid yang mencegahnya, tapi tidak menceritakan kalau sebelumnya ia sempat bertengkar dengan Zaid.

Elang menghela napas. "Kalo Mas Ajie tahu, kamu bisa dimarahi, Ve. Hati-hati sedikit!"

Ave mengangguk lesu.

"Sudah, sudah. Makanlah bersama bossmu ya. Anggap aja yang tadi itu gak pernah terjadi. Mas harus pergi. Hampir jam makan siang. Kasian teman-temanmu nanti kelaparan. Sampai ketemu nanti sore ya," ujar Elang sambil menepuk pundak Ave dua kali.

Dari kejauhan, sekali lagi Zaid melihat pemuda lain bersama Ave yang sedang memegang sesuatu berbentuk kotak. Pemuda itu meninggalkan Ave setelah menepuk pundak gadis itu dan kembali naik ke mobilnya sendiri. Postur tubuhnya sama persis dengan pria berhelm malam itu. Mungkinkah itu orang yang sama?

Mendadak ada rasa panas menggelegak di hati Zaid. Tapi ia berusaha tetap memasang muka datarnya. Ave yang berpaling tak sengaja melihatnya, senyum gadis itu merekah meski sisa-sisa airmata masih jelas terlihat di wajahnya.

"Apa itu?" Tak tahan juga Zaid bertanya saat mendekat.

Ave tersenyum. "Makan siang khusus buat Bapak. Dari Ave."

Mendengar kata 'khusus', hati Zaid bergetar sedikit. Gadis ini begitu perhatian. Sebelum diperintah, ia bahkan menyediakan makan siangnya.

"Khusus? Maksudmu? Kamu memangnya bisa masak?" tanya Zaid menyembunyikan perasaannya. Ia memasukkan tangannya ke kantung celana, mengamati kotak makan di tangan Ave.

"Bapak gak percaya kalo Ave bisa masak?" tanya Ave balik. Zaid mengangkat bahu.

"Udah ah, gak penting itu. Pokoknya Ave pengen nraktir makanan spesial buat Bapak. Kita makan di mana? Di mobil aja atau... "

Zaid menunjuk ke arah gedung. "Di studio aja. Di situ ada ruang meeting. Kita makan di situ."

Ave mengangguk-angguk dan mereka berjalan beriringan kembali ke studio. Ave berjalan lebih dulu, namun tiba-tiba Zaid mengambil kedua kotak makan di tangan gadis itu dan membawanya dengan enteng. Kaki Ave otomatis berhenti, tercengang melihat sikap Zaid sebelum ia berjalan lebih cepat menyusul langkah lebar Zaid sambil tersenyum senang.

Karena tak ingin dilihat para staf yang tadi pasti ikut menyaksikan pertengkaran mereka dan yang paling penting, ia sedang tak ingin bertemu Maya, Zaid memilih menggunakan jalan lain menuju ruang meeting. Tak banyak tanya, Ave mengikuti langkahnya.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang