Episode 60 - Two Noisy Guest

25 7 0
                                    

~ Kekuatan terbesar adalah dua teman yang berisik ~

Ave memutuskan untuk mengambil langkah penting. Sejak kecelakaan Zaid, Ave tak ingin lagi berpura-pura. Ia menyadari hubungan mereka jauh lebih serius dari yang ia kira. Ave bahkan tak membayangkan andaikan ia tak bisa bersama Zaid. Ia lebih tak berani membayangkan apa yang terjadi pada Zaid andai mereka berpisah.

Dan Ave bukan anak kecil yang tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mencapai keinginannya. Walaupun tabungannya masih kurang banyak, tapi Ave harus memikirkan rencana lain.

Pilihannya adalah jujur pada semua orang yang mendukung dirinya.

Jujur pada Zaid untuk meyakinkan pria dingin itu untuk tak meragukan cinta Ave. Ave tak ingin kecemburuan Zaid justru merusak rencana awalnya. Bagaimanapun, berbohong itu melelahkan dan Ave tak sanggup terus-menerus membohongi Zaid. Karena itulah, ia memutuskan untuk mengungkapkan segalanya pada Zaid.

Selanjutnya adalah mengatakan semuanya pada dua sahabat baiknya tentang hubungannya dengan Zaid. Tadinya ia berniat mengundang Natasha, tapi gadis itu tak menjawab telepon atau pesannya seharian. Tidak seperti biasa, tapi mungkin Natasha sedang sibuk di Jepang. Mungkin juga perbedaan waktu kedua negara yang jadi alasannya. Apapun itu, Ave berniat menjelaskan saat sahabatnya itu pulang nanti.

"Assalamualaikuum!" Dua teriakan keras terdengar dari pintu rumah. Dua suara yang sangat dikenal Ave, hingga membuat gadis itu berlari nyaris seperti terbang menuju pintu.

Tampak dua wanita berdiri dengan senyum lebar. Yang satu mengenakan kaos dan jins setengah lutut dengan sepasang sepatu sneaker, yang lain mengenakan jumpsuit biru laut dengan perut yang menonjol memperlihatkan kehamilan. Wajah keduanya tampak ceria, apalagi saat pandangan mereka bertemu dengan Ave. Teriakan gembira meningkahi suasana pertemuan itu.

"Wa'alaikum salam, kakak-kakak Ave sayang!" jawab Ave riang sambil memeluk keduanya bergantian.

Sambil menggiring keduanya masuk, Ave berceloteh. "Mana Kak Jaya dan Kak Ajie? Baby boy mana? Kirain tadi ikut. Ave kan pengen liat dia makin mirip sama siapa. Gini-gini juga kan Ave bibinya." Bibir Ave cemberut kecil. Ia sungguh berharap ponakan kecilnya juga datang.

Lily menggeleng. "Ali lagi dibawa Emak ke Bogor. Jangan kuatir, soal kemiripan, anak gue satu itu sebelas dua belas sama bapaknya. Dari orok aja Ali punya hobi yang sama dengan bapaknya."

Ave melongok. "Ali udah punya hobi? Emang anak bayi gitu udah punya hobi?"

"Udah dong! Anaknya siapa dulu... " ucap Lily dengan bangga.

Tiar yang ikut mendengarkan pun mengerutkan kening. "Hobi apa sih, Li?"

"Sama-sama... demen nete."

Tiar membekap mulut Lily. Melotot tajam. "Iiih, Lily!!! Astaghfirullah. Asem bener sih lo!"

"*Isssh, *Kakaaaak! Please deh... Ave kan belum nikah." protes Ave menutup wajahnya dengan tangan.

"Iya nih ibu gila satu ini. Lo anggun dikit kenapa? Udah punya anak juga masih kayak anak kecil. Duh, amit-amit jabang bayi! Punya ipar toxic kayak lo beneran bikin gue kuatir aja," omel Tiar sebelum mengakhiri omelannya dengan mengelus perutnya berulangkali.

Lily yang sibuk memperhatikan sekeliling rumah hanya mengangkat bahu. "Entar kalo lo lahiran juga ngerti maksud gue. Eh... rumah kost lo gede ya Ve. Beneran ini kost  aja? Kok kayak rumah pribadi sih?"

Ave tersenyum. "Kak Lily lupa kalo Ave punya second job. Ini rumah bos Ave. Kalo kamar Ave itu... tuh... di sana!" kata Ave sambil menunjuk keluar jendela, ke arah paviliunnya.

Kedua wanita itu sama-sama mengangguk. Puas mengetahui kondisi Ave.

Ave mengajak mereka ke dapur, duduk di depan meja makan yang telah tersaji beberapa hidangan. Ave sengaja menyiapkan makan siang untuk mereka.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang