Episode 43 - One Special Night

30 9 0
                                    

~ Tak perlu 1001 malam, jika satu malam spesial saja sudah memabukkan ~

"Aku dan Ajie pernah... ribut. Dulu aku pernah bersalah padanya."

Tubuh Ave menegang. Ia tak pernah menyangka kalau Zaid dan Ajie saling mengenal. Sama sekali tidak terbayangkan olehnya. Mereka memang memiliki sifat yang hampir mirip, tapi bagaimana bisa mereka saling mengenal?

Perlahan otak Ave mulai merangkai semua informasi yang ia tahu.

Natasha mengenal Ajie dan Zaid. Ia selalu mewanti-wanti agar hubungan Ave dan Ajie yang sebenarnya tak diketahui oleh Zaid. Apa itu karena Natasha kuatir Zaid akan memperalatnya? Atau kuatir Ajie akan mencegahnya?

Ataukah kecantikan Natasha itulah penyebab sebenarnya? Bukankah dulu Natasha adalah kekasih Ajie? Mungkinkah ini cinta segitiga di antara mereka? Sebelum Lily, Elang dan dirinya hadir dalam kehidupan mereka bertiga.

Hati Ave serasa ditusuk-tusuk saat memikirkan hal itu. Tapi bukankah sekarang Natasha sudah punya Elang? Dan kini Zaid hanya melihat pada dirinya. Tidak... Ave tak ingin mendengar kisah di masa lalu yang mungkin hanya akan menyakitkan untuk didengar. Ia tak ingin seperti Papa yang menyesali kesalahannya mengira almarhumah Mama berselingkuh.

"Lalu?" tanya Ave dengan wajah sedatar mungkin, padahal saat itu hatinya penuh gejolak membara menahan cemburu.

"Lalu waktu aku tahu kamu itu iparnya, aku sempat berpikir untuk memperbaiki hubungan persahabatan kami melalui kamu. Itu... sebelum aku tahu, aku sudah jatuh cinta sama kamu."

Perlahan api cemburu itu mulai padam dengan sendirinya. Senyum mulai mengembang di wajah Ave. Ia menatap Zaid dengan hangat. Ia tak perlu menyelidiki apapun. Masa lalu hanyalah masa lalu. Ia mencintai pria ini, dan pria ini jatuh cinta padanya. Itu saja sudah cukup.

"Aku minta maaf, Ve. Sempat ingin memperalatmu," gumam Zaid penuh sesal.

"Hanya itu? Kalau memperalat untuk perdamaian, tentu aja Ave juga mau, Mas. Gak perlu kuatir, Ave kenal banget sama Mas Ajie. Mas Ajie bukan tipe pendendam kok. Apalagi kan itu cuma masa lalu. Gak usah dipikirkan. Kirain tadi apa... duh itu sih gak masalah." Bibir Ave menipis karena menahan senyum.

"Kamu yakin, Ve? Aku bersedia menemui Ajie jika perlu. Meminta maaf. Buat kamu."

Ingin meyakinkan Zaid, Ave duduk dan menatap kekasihnya itu. "Gak perlu, Mas. Ave yakin Mas Ajie udah gak mikirin masa lalu. Tapi sekarang ini Ave belum siap buat ngasih tahu Mas Ajie soal kita, jadi please... jangan sekarang!"

Zaid juga duduk. "Kenapa gak sekarang aja, Ve? Kan udah kubilang aku gak niat pacaran. Aku ingin kita menikah."

"Tapi Ave punya mimpi yang belum selesai, Mas."

"Mimpi? Tak bisakah kita wujudkan mimpimu itu bersama?"

"Bisa. Tapi Ave tak ingin mengecewakan Papa. Ave punya janji dengan Papa, dan Ave ingin memenuhi janji itu dulu. Ave harus membuat Papa bangga. Ave harus membuktikan kalau Ave bisa. Ini juga supaya Papa mau menerima Mas loh."

"Benarkah? Janji apa?"

"Masalahnya... Ave udah janji ke Papa untuk merahasiakannya dan kalau ada orang luar yang yang tahu itu artinya Ave gagal."

"Jadi aku ini orang luar?" Mata Zaid meredup.

Tawa berderai Ave terdengar. "Saat ini untuk Papa Ave, Mas orang luar. Tapi tidak untuk Ave kok."

Cemberut, bibir Zaid terkatup rapat tak menjawab. Ia menoleh ke arah lain. Tak ingin membiarkan kemarahan Zaid muncul di saat-saat penting mereka, kedua telapak tangan Ave menangkup kedua pipi Zaid dan perlahan membuat pria itu melihat ke arahnya.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang