Episode 14 - The Real Princess

58 10 0
                                    

~ Tak perlu menjadi siapapun, karena setiap perempuan adalah seorang putri ~

Sepanjang perjalanan Ave diam saja. Sepertinya Zaid juga menginginkan hal itu karena ia juga membisu. Perjalanan yang hampir satu jam itu hanya diisi dengan suasana sunyi senyap disertai deru mobil dan mesin pendingin.

Sepanjang hidup Ave tak pernah menghadapi orang sedingin Zaid, yang tahan mendiamkan seseorang walaupun duduk bersebelahan. Bahkan Ajie yang terkenal dengan sifat keras dan protektifnya, tak pernah memperlakukan Ave seperti ini.

Kalau saja tidak demi Cafe, kalau saja Papa mau membantu Ave...

Ave berusaha menahan airmatanya. Ia tidak boleh kalah. Ia juga tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Dulu Ave bisa menghadapi kematian Mama sendiri, maka ia yakin menghadapi Zaid tak ada seujung kukunya. Ia pasti bisa. Zaid hanyalah seseorang yang akan memberinya kesempatan untuk memulai hidupnya sendiri. Setelah setahun, semua akan berlalu.

"Kamu mau diantar sampai mana? Sampai ke dalam?" Suara berat di sebelah Ave menghentikan lamunan gadis itu.

Ave tergagap dan buru-buru melihat keluar. Mobil sudah berhenti di lobby apartemen. Buru-buru, ia melepaskan tali pengaman dan berpamitan.

"Makasih banyak, Pak. Ave duluan!"

"Tunggu!" cegah Zaid.

Ave memutar tubuhnya lagi. Menunggu. Tapi Zaid hanya menatapnya. Tanpa ekspresi. Itu membuat Ave pun bertanya, "Kenapa, Pak?"

"Siapkan proposal yang saya minta itu segera!"

Untuk sesaat pikiran Ave kosong melompong tak mengira kalau Zaid akan mengingatkan hal itu, sebelum akhirnya ia  mengangguk. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Ave bergegas keluar mobil. Ia sempat mengangguk sekali, sebelum berjalan cepat untuk masuk.

Tapi di depan pintu otomatis, seseorang berhelm merangkul Ave tiba-tiba. Spontan Ave mengelak. Pria yang memakai helm itu pun membuka bagian depan helm, dan melemparkan senyum pada Ave. Melihat wajah yang dikenalnya, senyum Ave segera merekah.

"Idiih, Mas Elang! Kirain siapa? Ave sampe kaget," pekik Ave.

Elang tertawa. "Sorry! Sorry! Buru-buru soalnya, lupa lepasin helm. Ada Yayang Natty tuh di dalam. Yuk! Entar saya diomelin dia kalo kelamaan di sini."

Senyum Ave berganti jadi tawa lebar. "Ya ampun, udah yayang aja sekarang!"

Elang tertawa sambil merangkul Ave, mengajaknya masuk menemui kekasih barunya. Baru beberapa hari, tapi tak ada yang tahu. Sebagai artis, Natasha sangat berhati-hati soal kehidupan pribadinya. Tapi tak ada rahasia antara dirinya dan Ave. Elang bisa membohongi semua orang, kecuali Ave. Gadis cantik bermata besar yang pintar ini.

Sementara di dalam mobil yang masih berdiam di depan apartemen, Zaid menatap tajam pada sosok pria yang merangkul Ave dengan hangat. Tadi saat melihat seseorang menyergap Ave dari belakang, Zaid hampir melompat keluar dari mobilnya. Namun, saat melihat tawa lebar Ave beberapa detik kemudian, ia tahu itu tak perlu. Pria yang memakai helm itu pasti seseorang yang sangat dekat dengannya. Ia sampai merangkulnya seperti itu.

Apa itu kakaknya yang lain? Atau itu kekasihnya?

Sambil menstarter mobilnya, Zaid mulai berpikir. Dalam CVnya, Ave menyebut dirinya sebagai anak kedua. Ia punya seorang kakak. Hanya saja Zaid tak tahu, kakak perempuan atau lelaki. Yang jelas, Zaid merasa Ave terlalu banyak menyimpan rahasia. Ia harus menyelidikinya.

Di dalam lobby apartemen, sambil berjalan menuju cafe, Elang melepas helmnya dan menatap Ave, "Tadi diantar Mas Ajie, Ve? Mas Ajie beli mobil baru?"

Ave menoleh. Buru-buru menggeleng. "Oh, enggak! Itu bossnya Ave."

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang