Episode 38 - Happy Shopping Day

45 13 1
                                    

~ Tiga kalimat yang paling disukai perempuan ~

Seharian, Ave dan Zaid tak lagi bertemu di kantor. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Karena Ave tak lagi marah padanya, Zaid memilih untuk berkonsentrasi mengurus masalah The Crown yang belakangan ini bertambah banyak.

Beberapa bulan terakhir, proyek yang diterima The Crown mengalami penurunan tajam. Kondisi ekonomi yang memburuk, ditambah kompetitor yang makin banyak membuat perusahaan Zaid kehilangan beberapa klien penting.

Bukan sekali ini The Crown mengalami masalah. Hanya saja belakangan ini fokus Zaid terbagi-bagi. antara perusahaan dan... hatinya. Selama ini dengan langkah strategi yang terencana, Zaid bisa menyelesaikan semuanya. Tapi ketika menyangkut Ave, ia selalu mendapatkan hasil yang mengejutkan. Benar kata orang, kadang kita harus memilih antara cinta atau pekerjaan.

Tapi Zaid tak ingin memilih. Ia ingin semuanya berjalan lancar. Syukurlah, Ave adalah tipe gadis easygoing, yang kemarahannya gampang diredam. Hari ini ia bisa kembali pada tumpukan berkas di meja kerjanya. Namun tak lupa, ia mengetik di agenda ponselnya untuk mengingat hal penting yang harus ia lakukan bersama Ave.

Berbelanja.

Sesuatu yang begitu sederhana bisa sangat berarti jika dilakukan bersama kekasih hati. Zaid kini memahami maksud kalimat itu. Senyumnya membayang saat terakhir kali berbelanja dengan Ave. Insiden kecil itu begitu membekas di hatinya. Teringat pada wajah jengah Ave saat tak sengaja mengambil kondom. Tapi ia mengerti, Ave menyukai makanan yang manis.

"Kenapa, Pak?" tanya Jenny heran. Ia tengah membacakan jadwal Zaid saat melihat bossnya itu senyum-senyum sendiri.

"Ah... Oh gak, Jen. Gak ada apa-apa. Teruskan!" sahut Zaid menggeleng.

Jenny hanya menunduk, kembali membaca. Juga menahan senyum. Ia tahu, pasti Ave-lah yang mengubah wajah dingin itu menjadi sehangat itu. Hazmi yang sedang duduk di sofa, dengan tumpukan dokumen yang harus diperiksa bertebaran di depannya juga menoleh dan tersenyum. Tapi matanya melirik Jenny. Dua pria yang sama-sama sedang menikmati indahnya jatuh cinta.

Sebelum pukul 4 sore, Zaid sudah berdiri meninggalkan ruang kerjanya. Dengan kebahagiaan yang tergambar jelas di wajahnya, ia menyapa sekaligus pamit pada semua staf Manajemen. Begitu sang Boss masuk lift, keempat pria dalam beragam usia itu mulai bergosip.

"Sekarang Boss pulang cepat terus ya."

"Dan selalu ke lantai 7 dulu."

"Gue ya... walau Ave bilang dia cuma koki atau cuma teman atau cuma anak buah, gak akan percaya. Menurut Pak Wiryo bagaimana? Bener kan feeling saya ini?" kata Akbar.

Pak Wiryo yang masih mengetik, berhenti dan mengangguk. "Makanya saya kan udah berapa kali ngasih tahu Mas Akbar agar hati-hati kalo bercanda dengan Ave."

Denny menepuk bahu Akbar. "Makanya Bar... Sudah gue kasih tau kalo Boss naksir Ave, eh lu masih nyoba-nyobain deket sama dia. Ave pindah deh. Jadi sepi lagi di sini!"

"Yaah, masih mending Boss ke lantai 7, jadi kita gak liat kalo mereka lagi mesra-mesraan. Lah ituuu... " Akbar melirik meja Jenny sambil menunjuk dengan kode bibirnya, tiga pasang mata lain milik para staf pria Manajemen mengikuti arahan kode itu.

Tampak Hazmi bersandar di meja kerja Jenny, setengah duduk menyamping. Tangannya memainkan anak rambut gadis yang tengah mengetik itu. Keduanya mengobrol, tertawa kecil dan sesekali saling melemparkan tatapan. Jelas sekali kebahagiaan menjadi milik mereka, melupakan empat pria beragam usia yang menatap iri. Bagai sepasang merpati yang sedang jatuh cinta.

Empat orang yang berada di ruangan yang sama dengan mereka seakan terlupakan. Mereka sama-sama menghela napas, hanya bisa saling melempar tatapan tak berdaya. Bahkan Pak Wiryo, satu-satunya yang berkeluarga di antara mereka, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang