Episode 32 - Family Time

47 14 0
                                    

Keluarga itu... kadang gila, kadang konyol, kadang ribut malah kadang tak jelas, tapi selalu ada cinta bersama mereka (Ave) ~

Sebelum Ave keluar dari rumah, setelah pernikahan Ajie, setiap akhir pekan seluruh keluarganya selalu berkumpul di rumah Papa untuk menghabiskan hari Sabtu dan Minggu bersama. Ajie dan istrinya, Lily akan menginap. Juga Emak dan Ayah Lily. Tiar, ipar Lily juga selalu diajak. Kadang-kadang disertai oleh Jaya, jika ia sedang libur. Tapi Tiar memang lebih sering muncul sendirian karena suaminya bertugas di luar Jakarta.

Tapi sekarang Papa tinggal bersama Ajie karena tak ingin sendirian di rumah, ditambah perut Lily yang semakin besar dan makin mendekati waktu kelahiran, maka kini keluarga berkumpul di rumah Ajie.

"Assalamualaikum!!!" pekik Ave saat membuka pintu ganda rumah Ajie.

Serempak, Tiar, Lily dan Ajie yang sedang duduk di ruang tamu menjawab, "Waalaikum salam!"

Tiar berdiri, menyongsong Ave. "Aduuh, lu ke mana aja? Kirain gak jadi datang. DiWA, ditelpon... semua gak dijawab."

Ave memeluk dan mencium pipi Tiar. "Maaf! Maaf! Ave lupa kasih kabar. HPnya Ave semalam jatuh dan rusak, Kak. Maaf ya!"

Ave mulai menyalami satu persatu. Mulai dari Lily dan Ajie. Ave celingukan ke dalam. "Papa mana? Emak sama Ayah?"

Lily tertawa. "Ada di dalam. Emak di dapur tuh. Papa sama Ayah di kantor Mas Ajie. Lagi main catur."

"Gak ada telepon biasa untuk ngabarin dulu, Ve?" tanya Ajie. Terlihat agak gusar. Pasti ia juga mencari Ave.

"Maaf, Mas. Ave bangun siang hari ini, terus tadi masak dan sarapan. Terus langsung ke sini, jadi gak sempat ngabarin," kilah Ave. Tetap tak berani menatap mata kakaknya yang tertuju padanya.

"Kamu sekarang kerja di mana? Katanya Natasha yang rekomen. Mas tanya nama perusahaannya kenapa dia gak info? Kemarin Mas kebetulan ke gedungmu, ternyata banyak perusahaan di situ. Yang mana?"

Jedeeer! Nah kan? Ini yang tidak diinginkan Ave sama sekali. Ave mulai panik.

"Terus.... kenapa kamu pindah? Tiar bilang kamu sudah ngembaliin kunci apartemen. Tinggal di mana sekarang?" cecar Ajie lagi.

Duh, ini harus dijawab dengan apa? pikir Ave bingung. Tatapannya beralih pada Lily. Meminta bantuan.

Untungnya Lily menepuk paha suaminya. "Ih, Mas. Nanya kok kayak interogasi gitu sih. Nanya itu yang penting-penting aja. Ave itu udah dewasa loh."

Ajie menoleh pada Lily. "Ya udah, kamu deh yang nanya."

"Oke. Cintaku sayang, adikku yang manis. Kerja... ooh kalo kerja gak usah deh. Kakakmu ini sudah tau. Sudah ada kontak person. Gak perlu.  Kalo begitu... Tinggal di mana, Cinta? Kost, apartemen, rumah atau numpang? Numpang sama siapa? Layak enggak?" tanya Lily.

Baru saja Ave ingin membuka mulut. Lily sudah kembali bertanya, "Pakai AC atau kipas angin? Masak sendiri atau harus beli dari luar? Berapa orang yang tinggal di situ? Sekamar sendirian atau sama orang lain? Jauh gak dari kantor? Lingkungannya aman gak? Gampang diakses atau masuk gang? Bayarnya pertahun atau bulanan? Murah atau mahal? Dan... tempatnya nyaman gak?"

Tiga pasang mata menatap Lily tanpa bisa berkata apa-apa. Bahkan Ajie sendiri tak ingin tahu sedetail itu. Ia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Istrinya memang bukan perempuan biasa.

"Ajie nanya kayak interogasi. Nah lo nanya... kayak agen kos-kosan gak mau rugi, Li!" kata Tiar sebal.

Ave tertawa. "Tenang aja, Kak, Mas. Tempat tinggal Ave yang baru sangat layak, dekat kalo mau ke kantor. Tapi emang jauh banget kalo ke sini. Hanya karena Ave di situ sedikit bohong soal siapa Ave, makanya Ave gak bisa kasih tau Mas Ajie. Tapi kalo Kak Lily dan Kak Tiar mau datang, boleh aja. Nunggu Ave izin dulu sama yang punya rumah ya."

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang