Episode 51 - A Crazy Love

18 6 0
                                    

~ Jangan jadi gila, Ve! (Zaid)~

Saat akhirnya tiba di Denpasar dan berada di dalam mobil yang bergerak menuju hotelnya, Zaid menyalakan ponselnya. Beberapa notifikasi beruntun segera terdengar.

Untuk sesaat Zaid membiarkan saja tanpa memeriksa dan hanya meletakkan ponsel itu di dalam saku jaketnya, sementara ia memeriksa agenda pertemuan sekali lagi. Di sampingnya ada Aam yang sedang menyiapkan beberapa berkas tambahan. Mereka mulai membahas beberapa hal.

Setelah selesai memberi instruksi lagi pada Aam, Zaid pun mengambil ponselnya dan mulai memeriksa notifikasi yang masuk.

Saat itulah Zaid membaca pesan dari Ave. Bukan pesan biasa. Tapi sebuah puisi yang membuat senyum tipis Zaid muncul di sudut bibirnya. Lama pria itu menatap pesan itu. Membacanya berulang kali.

Aam yang kali ini bertugas sebagai asisten pengganti Hazmi, menatap Zaid yang masih tenggelam memandangi layar ponselnya.

Melihat ada senyum yang akhir-akhir ini sulit sekali muncul di wajah bosnya, Aam bisa menduga siapa pengirim pesan itu. Pasti Avelia, kekasih cantik Zaid yang lucu.

"Ave ya, Pak?" tebak Aam ikut tersenyum sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam map.

Zaid menoleh, wajahnya sedikit berubah. Tidak menjawab apapun. Hanya senyuman yang sempat muncul tadi langsung hilang sebelum pria itu memasukkan kembali ponselnya. Setelah itu, Zaid memandang kaku melalui jendela mobil, ke arah jalanan.

Melihat reaksi Zaid, Aam merasakan suhu dalam mobil mendadak turun ke derajat terendah.

Tadinya ia ingin menghilangkan suasana kaku yang ia rasakan semenjak dari Jakarta. Tak disangka ia justru menambahnya.

Baru kali ini Aam bertugas menemani bosnya, yang memang terkenal selalu bersikap dingin pada semua orang. Tapi sejak pacaran dengan Ave, Zaid bersikap lebih hangat dan lebih banyak bicara.

Karena itulah, Aam mengira ia beruntung bisa menemani sang bos dingin ini merasakan daerah wisata paling terkenal di Indonesia dengan hubungan bos-karyawan yang lebih baik.

Hanya saja ia tak tahu kalau menemani seseorang dengan aliran darah sedingin es seperti Zaid itu, tak semudah bayangannya. Mungkinkah itu karena bukan Ave yang bersamanya?

Mungkin lebih baik Aam meminta bantuan Ave. Dengan gugup, Aam mengirim pesan pada Ave.

[Aam : Ve, bos lagi kurang sajen nih! Kamu apain emangnya?]

[Avelia: Oh, Mas yang pergi sama Pak Zaid ke Bali?]

[Aam: Iya nih, tadi gue nanya elo, bos diam aja. Awkward dah jadinya. Gue harus gimana nih, Ve?]

[Avelia: Jangankan Mas Aam, Ave aja lagi dicuekin nih. Bantuin Ave baikan sama Pak Zaid dong, Mas!]

[Aam: Gak salah lo minta gue bantuin, Ve? Ini gue malah mau minta bantuan elo]

[Avelia: Gak tau juga tuh bos kenapa. Sama Ave gitu juga kok.]

[Avelia: Kalo gitu kasih tebak-tebakan aja deh ke Pak Zaid, Mas!]

[Aam: Lah, gak salah ngasih tebak-tebakan? Lo gimana sih, Ve? Ini Mr. Boss loh. B.O.S.S!]

[Avelia: Ave tahu, Mas. Tapi biasanya Pak Zaid ketawa kalo Ave kasih tebak-tebakan lucu. Kan tadi Mas juga yang minta]

[Aam: Ya udah apaan? Gue coba deh!]

[Avelia: Ada kuda jalan di atas jalanan yang penuh kotoran alias eek. Kan kakinya ada empat tuh, terus pas dilihat pemilik kuda ternyata cuma ada tiga kaki yang terkena kotoran, yang satunya kok gak kena padahal jalanan itu benar-benar penuh banget sama eek? Ayo kenapa?]

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang