Episode 13 - Going to Obgyn Clinic

52 9 0
                                    

~ Mereka itu suami istri atau dua orang yang saling bermusuhan? ~

Avelia tak menyangka, Zaid mau menemaninya dan Lily ke dokter. Ia tak tampak canggung saat menyalami Lily dan mempersilahkan si calon ibu muda itu untuk duduk dalam mobil yang ia kemudikan sendiri. Lily yang masih mengira Zaid hanya rekan kerja Ave, santai saja mengobrol sepanjang perjalanan.

"Kok diam aja sih, Ve?" tanya Lily sambil menyenggol bahu Ave. Mereka berdua memang sama-sama duduk di belakang.

Zaid tersenyum sambil melirik kaca spion. "Lagi capek kali, Mbak."

Ave hanya menoleh sekilas sambil tersenyum masam.

"Ya udah deh, kalo gitu gue kasih lo pertanyaan biar gak bete." Wajah Lily tampak ceria.

"Gak mau!" tukas Ave.

Ia tahu benar arti tatapan Lily. Ibu muda satu ini senangnya bercanda. Kalau ia bertanya pasti sesuatu yang bisa membuat orang tertawa.

Ave kuatir pertanyaan itu bisa menjatuhkannya, membongkar identitas yang ingin ia sembunyikan. Lily mungkin bermaksud untuk melucu, tapi Ave takut ketahuan.

"Gak boleh gitu, Ve. Mbak Lily nanya ya harus kita bantu jawab," sahut Zaid.

Ave mendengus. Ya terserah kalau dia yang mau jawab. Gadis itu memilih menatap keluar jendela mobil.

"Ya udah, nanyanya sama Mas Zaid aja deh," kata Lily. Ia tersenyum jenaka.

"Pertanyaannya, saat seperti apa wajah seseorang terlihat paling jelek ketika ia berada di tengah orang banyak?"

Dengan kening berkerut, Zaid mengulang kembali pertanyaan itu. "Terlihat paling jelek, di tengah orang banyak?"

Lily mengangguk penuh semangat. Ave yang tadinya tak ingin ikut menjawab, malah ikut berpikir.

"Saat ia gugup?" jawab Zaid.

"Salah!"

"Saat ia belum berdandan?" jawab Ave ikut terpancing penasaran.

"Salah juga!" kata Lily dengan senyum dikulum. Kepalanya bergoyang-goyang senang.

"Kalau begitu saat apa, Mbak?" tanya Zaid. Tangannya memutar kemudi, membelokkan mobil.

"Udah nih? Pada nyerah?" tanya Lily. Ave mengangguk. Zaid juga.

"Saat dia kentut, dikira bakal gak ada suaranya, tapi suara kentutnya malah berbunyi nyaring kayak senjata mesin dan didengar semua orang!" jawab Lily bersemangat sebelum tertawa kecil.

Tawa pun meledak memenuhi mobil. Baik Ave dan Zaid sama-sama tak bisa menahannya lagi.

"Kak Lily iih... jorok! Pengalaman pribadi ya?" ejek Ave di antara tawanya. Lily hanya tertawa-tawa.

"Habis kalian berdua diem-dieman gitu. Ada apa sih? Kan kasian ibu hamil ini kesepian," ujar Lily masih dengan senyum lebar di wajahnya.

Ave hanya tersenyum. "Gak ada apa-apa kok, Kak. Gak semua orang bisa diajak becanda. Kami memang biasa begini. Sama-sama gak suka bicara yang gak penting."

Tatapan mata Zaid yang sedang melirik ke kaca spion bertemu dengan mata Ave, tapi gadis itu melengos. Memilih untuk bertanya pada Lily tentang keadaan janinnya. Lebih aman. Untungnya Zaid juga tak lagi mengatakan apa-apa.

Hanya Ave jadi kebingungan saat Lily masuk ke ruang konsultasi, meninggalkannya bersama Zaid. Menunggu di luar. Ingin berdiri, itu tak mungkin. Ruang tunggu klinik itu dipenuhi dengan pasien dan hampir semua tempat duduk penuh. Ave harus rela berdiri jika ia meninggalkan tempat duduknya sekarang.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang