Episode 21 - Cooking In The Castle

49 9 0
                                    

~ Akhirnya, memasak di istana sang Pangeran Salju! (Avelia) ~

Avelia bersenandung riang memasuki kastil Snowy Devil. Hmm... Hmm... Hmmm...

Ini benar-benar kastilnya pangeran Salju. Semuanya berwarna putih, abu-abu, dan silver. Warna-warna membosankan yang dingin. Sofa tamu kulit berwarna abu-abu tanpa bantal. Dinding putih dengan gambar-gambar abstrak besar. Lampu-lampu silver dan kursi abu-abu berbagai versi yang menghiasi sudut ruangan. Kursi makan berwarna senada dari bahan metal. Dapur stainless steel yang masih mengkilap dan bersih dari segala pernak-pernik khas dapur.

Masih bagusan gambarnya Kak Lily lagi ngamuk daripada beginian, pikir Ave sambil memiring-miringkan kepalanya berusaha memahami gambar abstrak berupa sapuan campuran warna yang tak jelas.

Seantero ruang tamu sampai ke dapur, semuanya seperti keluar dari majalah furniture. Tapi... tak ada tanda-tanda kehangatan yang bisa membangkitkan semangat di seluruh rumah. Bersih memang. Namun, tetap saja Avelia takkan tertarik tinggal di rumah ini.

*Home sweet home. *

Mendadak Avelia kangen dengan rumah Papa yang penuh dengan  furniture dan hiasan rumah yang ia pilih sendiri. Ave bahkan membeli beberapa produk Emak berupa bantal-bantal untuk sofa di ruang tamu. Unik dan sangat penuh warna. Lukisan-lukisan dari murid-muridnya saat praktek kerja dulu juga turut menghiasi salah satu dinding ruang keluarga di rumah Papa. Lukisan dari anak-anak Kindergarten itu jauh lebih baik dari semua gambar abstrak di kastil dingin ini.

Tapi sudahlah. Itu nanti. Yang jelas Ave di sini bukan untuk tinggal. Ia akan menumpang dan bekerja. Lumayan bisa berhemat biaya tempat tinggal, makan dan... hei! Ave baru sadar kalau di kastil ini wifi-nya sangat kencang. Asyiiik! Dia bisa berselancar sesukanya, mengaktifkan blog resepnya lagi. berdemo di akun Youtube-nya dan tentu saja nonton drama-drama kesukaannya.

Tapi apa passwordnya yak?

Itu urusan belakangan. Dia bisa bertanya pada Jenny nanti. Sekarang, dia harus mulai bekerja. Memberi makan Zaid agar perutnya kenyang dan otaknya yang dingin itu sedikit hangat. Ave pikir, hari ini mungkin enaknya masak sesuatu yang pedas kali ya? Ave ingin membuat bibir tipis si Snowy Devil itu lebih tebal karena mencecap Ayam Gepruk dengan sambal cengek spesial. Pasti kelihatan lebih seksi.

*Hi hi hi... *

Dengan sigap, Ave mulai mengeluarkan bahan-bahan dan segera menyiapkan pisau kesayangannya. Pisau hadiah dari Mas Ajie dan Lily saat ia berulang tahun beberapa bulan lalu.

Oh ya, tidak lupa Ave memakai celemek, mengantongi hp setelah menyetel daftar putar yang sudah disiapkannya dan mengenakan earphone. Hingar bingar musik berdentam di telinganya, otomatis memancing kepalanya bergoyang sedikit. Yups! It's time to start.

Memasak bukan sekadar hobi. Bagi Ave, memasak adalah caranya untuk bergembira. Menikmati musik, sambil menggerakkan tangan dan kaki dalam dunianya sendiri. Meramu bahan makanan untuk menghasilkan rasa yang enak dan decak kagum serta bersyukur dari penikmatnya, adalah kebahagiaan lain yang menjadi bonus.

Tapi yang paling penting, memasak selalu mengingatkannya pada almarhumah Mama.

Bagian terbaik bersama Mama adalah ketika memasak. Setiap hari di dapur, Mama selalu meminta Ave membantunya. Hanya untuk mengaduk telur, mengambil sendok, bahkan kadang sekadar mencicip hasilnya. Seiring waktu ketika Ave makin dewasa, tugasnya terus bertambah dan ketika Mama tak lagi mampu berdiri dari kursi rodanya saat penyakitnya makin parah, itulah pertama kalinya ia memasak sup untuk Mama. Pertama sekaligus terakhir kalinya.

Ave takkan pernah melupakan raut wajahnya Mama saat itu. Ia masih SMP saat itu. Tapi Mama berbisik dengan lirih, "Enak, Ve. Mama suka sekali. Bagus sekali, Nak. Nanti kalo Mama gak ada, masak untuk Papa dan Mas Ajie ya, Nak."

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang