Episode 11 - Lily, The Friendly Queen

79 10 0
                                    

~ Sahabat sejati adalah mereka yang menjatuhkanmu di depan hidungmu ~

Sejak pagi, Avelia tak melihat si Pangeran Salju alias boss berhati dingin itu datang ke kantor. Kepalanya sampai lelah sendiri bolak-balik melirik ke arah pintu masuk, tapi ia tak terlihat.

"Katanya langsung meeting dengan klien dulu." Akhirnya Ave mendapat sepenggal info itu dari Akbar yang duduk tepat di sebelahnya.

Ave mengangguk. Sebenarnya ia ingin tahu apakah si Boss balik atau tidak, mengingat ia mengundang Lily makan siang bersamanya hari ini. Ave tak ingin bertanya apapun saat ini. Pekerjaannya sedang jadi taruhan dan ia memilih untuk sedikit kalem.

Zaid tak seperti yang ia kira. Ave mengira, ia berhasil membuat pria itu seperti umumnya para lelaki yang mendekatinya. Mudah terkecoh dengan kecantikannya. Justru Zaid berbeda. Ia terlalu dingin, angkuh dan tak mudah untuk dipahami. Yang jelas, Ave merasa gagal membaca maunya manusia satu itu.

Semalam saat seluruh keluarga berkumpul, diam-diam ia menarik Lily untuk membicarakan hari ini. Mudah-mudahan Lily, ratunya jahil itu bisa membuat hati Zaid lebih lembut pada Ave. Setidaknya menghilangkan imej perselingkuhan yang dituduhkan padanya.

Ave benar-benar tak sabar menunggu waktu makan siang tiba. Apalagi sejak pagi, ruangan Manajemen hanya ada dirinya, Jenny dan Pak Wiryo. Dua orang yang karakternya kurang lebih Zaid. Tak banyak bicara saat sibuk bekerja. Untungnya, tumpukan pekerjaan yang diperintahkan para staf Manajemen pada Ave juga berhasil membuat gadis itu sibuk.

Maka ketika suara lagu berkumandang dari radio di gedung itu, Ave bergegas berdiri. Bergerak menuju Cafe di lantai dasar, sambil mengirim pesan pada Lily.

[Ave: Kak, udah sampe?]

[Lily: Udah! Dari tadi malah.]

[Ave: Maaf Kak, baru istirahat.]

[Lily: Gak papa, ada Mas Zaid nemenin nih!]

Ave mengucek matanya. Apa? Tidak salah? Buru-buru ia menekan tombol lift agar segera terbuka. Dengan hati berdebar, ia masuk dan menunggu sampai lift membawanya ke lantai dasar. Dalam hati ia berharap, tak ada apapun yang terjadi. Jangan sampai Lily membongkar kebohongannya.

Sementara di lantai dasar, 30 menit yang lalu sebelum waktu makan siang, Lily sudah tiba. Dibantu oleh Vani, ia duduk di salah satu sofa dekat jendela.

"Mau nunggu sini aja atau gue teleponin Ave, Li?" tanya Vani.

Lily menggeleng. "Gak usah! Emang belum waktunya, Mbak. Entaran aja jemput Lily lagi sekitar sejam-an ya."

"Siap, Bu!" Lalu Vani menyerahkan tas pada Lily dan meninggalkan istri Presdirnya sendiri.

Sementara itu Zaid yang sejak tadi duduk membaca IPAD-nya usai meeting, menurunkan gadget dan menatap wanita hamil yang sedang berbicara dengan pelayan.

Wanita itu masih muda dan cantik. Tak seperti di majalah atau berita yang menampilkan fotonya, dilihat secara langsung istri Ajie lebih tampak seperti remaja andai perut besarnya tak terlihat. Wajahnya ceria dan senyuman selalu terlihat. Entah apa yang wanita cantik itu katakan hingga membuat sang pelayan tersipu menahan tawa bahkan sampai ia meninggalkan meja itu.

Mau tak mau Zaid harus mengakui, Ajie beruntung memilih perempuan secantik itu. Pantas saja Natasha merasa kalah. Zaid tak heran soal itu. Hanya bagaimana bisa Ajie bertemu istrinya, itu masih tanda tanya besar bagi Zaid dan semua orang yang mengenal Ajie. Jelas sekali kalau istrinya bukan dari kalangan selebritis atau artis terkenal. Ia hanya perempuan biasa.

Karena belum waktunya makan siang, Cafe masih sepi. Jadi ketika Zaid memperhatikan, Lily yang sedang melihat seantero Cafe, justru menangkap basah tatapan pria itu. Bukannya malu, tangan Lily justru melambai pada Zaid sambil melemparkan senyuman sebelum ia kembali menunduk, mengambil sesuatu dari dalam tas besarnya. Gerakan itu sempat membuat Zaid terkesima. Wanita itu bahkan berani memanggilnya.

Putri Matahari dan Pangeran Salju (2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang