Berkisah tentang kehidupan Daniel dan kawan kawan setelah Perang melawan Andres. Apa semuanya sudah kembali baik baik saja? Apa hidup mereka sudah kembali tenang? Tidak ada yang tau. Mereka semua telah melewati berbagai macam kebahagiaan dan kehilan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semakin dekat dengan Hari Pernikahan Daniel dan Valerine, semakin banyak pula cobaan yang mereka hadapi. Pernah dengar kalimat 'banyak ujian menjelang pernikahan'? Itulah yang kini mereka berdua rasakan. Dua hari lagi mereka menikah namun ada saja masalah yang terjadi, dari mulai Dimas yang tiba-tiba meninggal, Claretta alias Carolina yang tiba-tiba menghilang bak di telan bumi dan Aldo yang tak pernah nampak pergerakan nya.
Bisa di bayangkan bagaimana frustasi nya Daniel memikirkan itu semua, belum lagi satu fakta yang membuat nya ingin membunuh seseorang. Daniel mengacak-acak rambut nya frustasi, dia tidak tau harus berbuat apa sekarang ini. Semua nya berawal dari semalam, saat Hans tiba-tiba meminta nya datang ke sebuah Taman dekat Villa.
FLASHBACK ON~
Daniel sedang bersantai di Kamar nya sambil memandangi foto Valerine yang ada di Galeri Ponsel nya--dia sangat rindu.
Drtt~ Drtt~
Tiba-tiba sebuah panggilan masuk tanpa nama membuat Daniel mengernyit bingung. Nomor siapa? Bukan apa apa, dia takut nomor itu adalah terror dan bisa jadi dari musuh nya. Tapi akhirnya Daniel menepis semua pikiran buruk nya, dia menerima panggilan tersebut yang ternyata seorang pria.
"Siapa?" Tanya Daniel tanpa basa basi.
'Niel, ini gue Hans. Bisa ketemu sebentar di taman deket villa? Ada yang mau gue omongin' Suara di seberang sana ternyata adalah Hans.
"Oke. Gue kesana sekarang"
Tut!
Tanpa menunggu balasan Hans, Daniel menutuo telpon nya secara sepihak. Dia menyambar Jaket dan kunci mobil nya lalu pergi. Dia penasaran dengan apa yang ingin Hans bicarakan.
Perjalanan dari Mansion ke Taman tidak begitu lama, setelah sampai Daniel bisa menemukan seorang pria dengan rambut blonde tengah berdiri di bawah Lampu Taman yang sedikit redup.
"Lo mau ngomong apa?" Tanya Daniel begitu sampai di samping Hans.
Pria blonde itu menoleh dan tersenyum samar. "Gue kira lo ngga bakal dateng, niel" Ujarnya.
"To the point. Gue ngga punya banyak waktu"
Hans menarik napas lalu membuangnya. Cukup sulit mendekati pria seperti Daniel, pikirnya.
"Pertama, gue mau minta maaf sama lo. Gue ngga bermaksud bohong, tapi gue belom siap kasih tau yang sebenarnya sama lo dan yang lain"
"....gue sadar gue cuma numpang dan nyusahin kalian. Tapi gue berterima kasih karna kalian udah baik mau terima gue. Gue--gue ngga sebaik apa yang kalian pikir"
Daniel masih diam. Dia menunggu Hans mengatakan sesuatu yang dia yakin akan membuat masalah besar. Pria di depan nya jelas sedang frustasi dan Daniel bisa menangkap sinyal ketakutan di matanya.