•>•>•>•
Birunya Lautan lepas yang tampak berkilauan di bawah cerahnya sinar Matahari dengan banyaknya kapal-kapal Nelayan yang terparkir di dermaga.
Suara riuh kesibukan orang-orang yang berpenghasilan dari Laut maupun swalayan yang menjajakan dagangannya di Pasar, terdengar menyapa indera pendengarannya.
Sparta memang selalu begini setiap harinya. Kota sibuk yang tidak pernah sepi.
Marie memperhatikan semua itu melalui jendela Kereta kuda dengan penuh rasa antusias, ke dua manik amerland nya berbinar penuh rasa ingin tahu.
Ia rupanya tidak sadar kalau Pria di sebelahnya, menatapnya dalam. Ujung telinga Gibson memerah, memperhatikan wajah Marie yang tampak berkali-kali lipat lebih cantik dari biasanya.
Ingatan Pria itu pun kembali pada kejadian dalam perjalanan tadi, Marie tampak sangat mengkhawatirkannya bahkan sampai menangis.
Gibson tidak lagi perduli kalau itu merupakan salah satu siasat dari Istrinya atau bukan, yang pasti Ia benar-benar bahagia sampai rasa-rasanya di terbangkan setinggi mungkin oleh perasaan berdebar nya.
Melewati hiruk pikuk aktifitas jual-beli di Pasar, berbagai macam stand seperti kudapan manis dan aksesoris seperti jepit rambut dan perhiasan, di jajakan di sepanjang jalan.
Marie meneguk saliva nya sendiri, membayangkan betapa manisnya kudapan-kudapan itu.
Ia menoleh pada Gibson yang tampak melamun dan memperhatikannya dengan begitu intens.
"Tuan, boleh aku turun?" Tanya Marie, seakan menarik Gibson dari lamunan panjangnya.
Gibson sontak memalingkan wajahnya, tertangkap basah telah memperhatikan Marie selama beberapa saat.
Gestur tubuhnya kembali seperti semula, tegak dengan wajah datar sempurna. Ia berdeham kecil, "Kau ingin melihat-lihat?"
Marie mengangguk, semangat. "Iya, apakah boleh?"
"Hm, denganku."
"Eh?" Marie menatapnya tidak mengerti.
"Pakai ini." Gibson memberikannya jubah bertudung yang entah sejak kapan ada di dalam kereta kuda mereka.
Marie mengangguk, menerima dan memakai jubah itu guna bisa membaur dengan rakyat Amarta.
Bersamaan dengan selesainya Ia memakai jubah itu, Gibson juga baru saja selesai memakai jubahnya.
Kesan misterius dengan sepasang netra kelam nya yang memikat membuat Marie merasa akan tenggelam ke dalam pesonanya.
Menyadari tengah di perhatikan membuat Gibson menatap Marie. "Ada apa?"
Marie menggeleng, senyum manis Ia tunjukkan dengan pupil mata membesar seperti seekor Kucing yang baru saja melihat makanannya.
"Tuan sangat tampan!" Seru Marie, berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...