•>•>•>•
"SIALAN! Bagaimana bisa kau mengizinkannya pergi?!"
Crashh!
Sebuah kepala menggelinding, terpisah dari tubuhnya. Orang-orang yang berada di sana turut gemetaran ketakutan melihatnya. Darah segar yang bukan darinya, mengotori kemeja Gothic berwarna putih yang dikenakan Pria itu.
Dorothy menangis, berlutut memohon agar tidak bernasib sama seperti Prajurit yang ditugaskan berjaga di depan pintu Kamar.
"Maafkan hamba, Tuan.. Saya sungguh tidak tahu jika Nona berniat keluar dari Kediaman Apollo.."
"Bagaimana kau bisa tidak tahu, huh?! Tsk, tidak berguna!" Gibson mengusap rambutnya frustasi, meluapkan emosinya.
"Maaf, Tuan. Saya menemukan ini." Ujar Augusto menyela, menyerahkan secarik kertas yang ditemukannya di meja.
Nona, ini aku. Aku sudah berhasil menjalankan rencana kita. kau bisa mengeceknya. Aku sudah menyiapkan kereta kuda di depan Kediaman Apollo untukmu.
Hanya dengan membacanya sekilas Gibson sudah dapat menebak siapa yang bersama Marie saat ini, Pria itu meremas kuat kertas itu hingga benar-benar tak terbaca lagi.
"Keparat itu!!" Gibson menggeram marah, berjanji akan mematahkan leher Issac saat ini juga.
"Philip, siapkan Kuda ku!"
"Baik, Tuan."
Augusto lekas bergerak cepat untuk menjalankan perintah dari Gibson. Kuda hitam berpostur tinggi besar yang diberikan perawatan baik itu di keluarkan dari kandangnya.
Tanpa pengawalan apapun, Gibson menangkap pedang yang di lemparkan Augusto padanya lalu memacu Kuda Hitam itu dengan kecepatan penuh.
Melesat cepat melalui jalanan yang penuh sesak dengan kesibukan rakyat Amarta yang berlalu lalang, sesekali Ia hampir saja menabrak orang namun Gibson benar-benar tidak peduli lagi dengan itu.
Yang ada di kepalanya saat ini hanya, membunuh Issac lalu mengurung Marie agar Wanita itu tidak bisa lari lagi darinya.
Kuda itu melambat begitu sampai di Gerbang Kediaman Hades, Gibson melompat turun dari Kudanya. Penjaga Gerbang Kediaman Hades langsung menghadangnya.
"Maaf, Tuan Jendral. Ada perlu apa anda kemari?" Ujar Salah satunya.
"Menjemput Istriku!" Sentak nya kesal. "Dimana Tuan Pengecut mu itu?!"
"Tuan Marquess sedang tidak ada di Kediaman, Tuan." Jawabnya sedikit gentar karena aura suram yang seolah mengelilingi Gibson saat ini.
Gibson menodongkan pedangnya tepat di leher Prajurit itu. "Biarkan aku masuk sebelum kepala mu itu, ku buat lepas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...