•>•>•>•>
Cahaya matahari mulai terlihat, cuaca di Amarta hari ini sangatlah cerah. Burung-burung berkicau dengan suara indahnya bagaikan melodi yang mengalun dengan merdu.
Dan itu semakin membuat Gadis yang masih terlelap dalam tidurnya makin terbuai oleh mimpinya. Bibir ranumnya membentuk sebuah garis kurva terbawa dalam alur mimpinya.
Semakin malas saja rasanya untuk membuka mata, Ia mengeratkan pelukannya pada bantal guling hangat miliknya.
Namun beberapa detik setelahnya, kelopak mata itu terbuka dengan lebar. Hampir saja Marie menjerit, tapi buru-buru Ia membungkamnya.
Dipandanginya sosok yang dikiranya sebagai bantal guling, Pria itu tertidur dengan pulas nya, nafas terdengar begitu teratur.
Lengan kokoh nya itu membelit pinggangnya dengan kuat, bahkan ketika tertidur pun tenaganya masih saja kuat.
Wajar saja, dia adalah sosok Jendral Amarta yang di akui kehebatannya oleh Negeri-negeri musuh karena keterampilan bertarungnya yang menyamai seekor predator rantai atas ketika berada di medan pertempuran.
Huft~ Hampir saja Ia melayangkan pukulan pada nya, mana mungkin Marie membiarkan seorang Pria berani-beraninya tertidur di antara belahan dadanya; pengecualian untuk Suaminya.
Entah karena rasa bersalah di kehidupan pertamanya atau murni karena rasa yang tidak terindikasi baru-baru ini muncul.
Tangannya perlahan terulur mengelus lembut surai blonde yang terasa sehalus sebuah kain sutra berkualitas tinggi, jari-jari lentiknya beralih pada keningnya lalu turun ke lekukan hidung mancungnya, bibirnya yang tebal, hingga sampai pada dagu runcingnya.
Iris emerald nya berbinar, takjub. Tampan sekali Pria nya. Pantas saja hampir seluruh Wanita di Amarta di buat jatuh cinta dengannya, mulai dari Wanita kalangan rakyat biasa hingga Wanita bangsawan.
Ingatannya kembali menyusun reka ulang adegan semalam.
•\\ Flashback On.
Matanya melebar kaget begitu merasakan sesuatu yang basah menghisap kuat lehernya dengan gigitan-gigitan kecil yang terasa semakin intens.
"Akh! Suami, apa yang-- ugh.."
"Hukuman untuk Istriku~" Bisik Gibson dengan suara seraknya.
Marie merona malu mendengarnya, tapi sepersekian detik berikutnya ekspresinya berubah. "Apa Suamiku berharap wajahku akan malu-malu seperti tadi?" Tertawa ringan.
Seringai nakal muncul di wajahnya, dengan gerakan tak terbaca Marie meraih kerah kemeja yang dikenakan Gibson, menariknya hingga wajah mereka benar-benar tidak berjarak.
Gibson yang masih terkejut, hanya dapat mematung dibuatnya.
Marie memiringkan wajahnya dan dengan lembut menyatukan bibir mereka. Melumat bibir bawah Gibson dengan lembut dan intens, Marie begitu mendominasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...