17. Painting Replica

13.5K 1.1K 16
                                    

•>•>•>•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•>•>•>•




Dalam keheningan yang sunyi, suara serangga saling bersahut-sahutan terdengar menemani gelapnya malam. Jernihnya permukaan air danau memantulkan cahaya Bulan yang indah, pepohonan rindang yang saling bergesekan menciptakan bunyi yang menenangkan.

Sepasang iris hijau itu memandang siluet Pria yang tengah berdiri di sisi danau dengan tangan yang saling bertaut di belakang, menggambarkan kepribadiannya yang suka menyendiri dan tidak peduli pada orang-orang di sekitarnya.

Cahaya bulan dengan lembut jatuh pada wajahnya membuat Pria itu tampak seperti lukisan hidup.

Semilir angin yang datang berhembus membuat jubah hitam yang dikenakan Pria itu berkibar, terombang-ambing mengikuti arah angin. Surai emas nya pun tak luput dari tiupan angin.

Gadis itu terpaku beberapa saat, hanya diam dan memperhatikannya dari kejauhan.

Sampai Ia memberanikan diri mendekat. Gaun malam yang dikenakannya menjadi sedikit kotor saat Gadis itu melangkahkan kakinya mendekat pada tepian Danau yang terdapat genangan air kecil.

"Ehm, Suami." Panggilnya pelan.

Gibson tampak tidak terkejut dengan kehadirannya, Pria itu seolah tahu hanya dengan mencium harum familiar darinya.

"Hn?" Gumamnya dengan pandangan lurus ke depan, tanpa mengalihkan perhatiannya sedikit pun.

Marie turut memperhatikan apa yang menjadi objek perhatian Gibson. "Boleh aku bertanya?"

"Hm."

"Apa yang membuatmu menjadi seorang Jendral? Seperti sekarang ini."

Gibson menoleh, menatap Gadis itu. "Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"

"Aku hanya penasaran." Iris hijaunya menatap sepenuhnya pada sepasang netra kelam yang dimiliki Gibson. "Setahuku, Apollo adalah Keluarga Bangsawan yang seluruh keturunan intinya menjadi seorang Earl atau Count."

Gibson memutuskan pandangan mereka yang sempat saling terpaut. Memandang jernihnya permukaan air yang tampak tenang.

"Aku hanya.. tidak ingin seperti Ayah atau Kakekku." Ujarnya dingin.

Marie terkejut mendengarnya. Tidak banyak yang Ia tahu perihal Kakek atau Ayah dari Gibson, Marie hanya pernah mendengar sepintas namanya saja.

Lukisan-lukisan untuk mengenang ke duanya pun tidak ada satupun di Kediaman. Marie menjadi buta akan silsilah Keluarga mereka.

"Tapi, sekarang. Aku memiliki alasan lain."

Suara rendah itu membuat Marie kembali pada kesadarannya.

Marie tersipu saat menyadari tatapan intens dari sepasang mata setajam burung Elang itu hanya tertuju padanya, seolah menjelaskan tanpa suara kalau seluruh poros Dunianya hanya ada pada Marie.

A VILLAIN'S SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang