20. Roses and their secrets

12.4K 1K 23
                                    

•>•>•>•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•>•>•>•



"Nona, biarkan kami membantu."

"Tidak, kalian istirahat saja."

Pelayan yang bertugas di bagian Dapur hanya bisa memperhatikan Marie yang sibuk berkutat dengan alat-alat masak, dengan berkeringat dingin.

Bagaimana bisa mereka istirahat sedangkan Nona nya sibuk membuat hidangan malam, mereka bisa saja berakhir beristirahat untuk selamanya setelah mendapat salam dari Pedang kesayangan sang Jendral Amarta.

Gina pun tidak bisa berbuat apapun selain turut memperhatikan nya dengan wajah memucat. Nona nya sangat keras kepala dan tidak mau menerima sedikit pun bantuan dari siapapun.

Malam ini, Marie bertekad membuat menu hidangan Malam untuk Gibson. Berbekal buku resep yang Ia baca selama terkurung di dalam Kamar berhari-hari.

Di kehidupan ke duanya, Marie perlahan mulai menyukai kegiatan membaca dan menulis. Mungkin saja karena Ia sering keluar masuk ke dalam ruang kerja Gibson yang hampir sepenuhnya tertutupi Buku-buku tebal.

Berbeda dengan Marie yang cenderung membaca puisi-puisi lama yang penuh bait-bait indah, novel romantis, atau buku resep mancanegara.

Jika di kehidupan pertamanya, Marie tidak akan repot-repot untuk Memasak. Ia berpikiran sempit kalau Marie harus menikmati hidupnya sebagai Bangsawan yang hanya 'Dilayani' tanpa mau memusingkan apapun.

Marie menghela nafas, merasa malu ketika bercermin pada masa lalunya yang benar-benar buruk.

Membuat Marie berpikiran kalau Ia semakin tidak pantas saja untuk Gibson.

Bicara tentang Pria itu, Marie ingat sesuatu. Ia harus menambahkan ekstra Tomat untuk Gibson.

Dia sangat menyukai si bulat merah yang masih ke dalam kelompok buah-buahan itu, Marie dengan cekatan memotong-motong nya menjadi irisan tipis agar semakin mempercantik tampilannya.

Terlalu bersemangat dengan hal-hal baru serta berekspektasi tinggi, Marie tidak berhati-hati hingga pisau yang Ia gunakan tanpa sengaja mengiris jarinya.

Marie menatap jari telunjuknya dengan ekspresi kesal. Jelas saja, karena pisaunya jari-jari cantik Marie yang lentik menjadi tidak mulus lagi.

Tapi mendadak Marie memiliki ide.

Marie menoleh pada Bibi Morris yang masih mengawasi Marie dari kejauhan. "Bibi Morris, boleh lanjutkan. Hanya tinggal menghidangkan nya ke meja makan."

"Baik, Nona." Bibi Morris tersenyum lega.

"Kalian bantulah Bibi Morris, ya." Ujarnya pada beberapa Pelayan yang ada. "Kau juga Gina."

"Baik, Nona." Serentak para Pelayan itu menunduk hormat, begitu pula dengan Gina.

Marie tersenyum lebar, melangkah cepat menuju ruang kerja Gibson. Tanpa mengetuk, Marie yang sudah sering keluar-masuk ruangan itu nyelonong masuk seenaknya.

A VILLAIN'S SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang