•>•>•>•
"Apa yang dia lakukan? Philip."
Pria bermarga Philip itu tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerutu di dalam hati setelah mendengar lontaran pertanyaan yang entah sudah ke berapa kalinya, dari Tuannya itu di sela-sela perjalanan mereka menuju Barat.
Padahal mereka baru saja meninggalkan Ibu Kota beberapa jam yang lalu. "Tuan, saya tidak tahu pasti kegiatan apa yang sedang Nona lakukan saat ini."
Gibson berdecak, tampak tidak puas dengan jawaban dari Augusto. "Bagaimana kau bisa tidak tahu."
Augusto menghela nafas, pendek. Memaksakan senyum. "Karena saya ada di sini, Tuan. Bagaimana saya bisa tahu apa yang Nona Marie lakukan saat ini."
"Bukankah kau memiliki Adik Perempuan? Kau seharusnya tahu apa saja yang mereka lakukan."
Augusto tidak bisa berkata-kata lagi. Ia menoleh, Gibson duduk di Kudanya dengan pandangan lurus ke depan.
"Kau tidak tahu? Tsk, kau Kakak yang buruk." Gibson melirik sekilas dengan ekspresi datar. "Keluargamu pasti tidak keberatan 'kan kalau aku menjadikanmu sebagai umpan untuk memancing musuh?"
"Ah, mungkin saja Nona Marie tengah merajut sebuah syal untuk menyambut musim dingin yang akan tiba." Augusto menyahut cepat, wajahnya mulai memucat.
"Benarkah?"
"Tamara selalu suka merajut, mungkin saja Nona Marie melakukan hal yang sama." Augusto mengucapkannya sembari membayangkan sang Adik yang sudah lama tidak Ia temui setelah ditugaskan menjadi orang kepercayaan dari Jendral Hillary.
"Begitu ya.." Sudut bibirnya tertarik, Gibson jadi membayangkan ketika Ia kembali dari Barat, Marie menyambutnya dan memberikannya syal yang dibuatnya sendiri dengan sepenuh hati.
Hanya dengan membayangkannya saja, rasa senangnya sudah tidak terbendung lagi. Meski Ia tidak tahu bayangannya benar-benar terjadi atau tidak, Ia tidak berharap lebih.
"Atau mungkin saja, melukis. Aku dengar, melukis menjadi kegiatan yang sedang populer di lakukan para Lady Bangsawan." Ucap Augusto.
Gibson tersenyum tipis, suasana hatinya berubah menjadi sangat baik, membakar semangatnya untuk segera menyelesaikan urusannya di Barat, agar bisa segera kembali.
Sedangkan, orang yang menjadi topik perbincangan ke duanya, melakukan suatu hal yang sangat jauh dengan bayangan ke duanya.
"Bagaimana kau senang bergelantungan di sana, Stella?" Ujar Marie, tertawa puas memandangi seorang Pelayan yang membicarakan hal-hal buruk tentangnya tadi, bergelantungan dengan seutas tali yang dililitkan pada dahan Pohon Oak.
Gadis itu menangis, matanya terpejam enggan terbuka, kakinya berusaha mengais-ngais pijakan.
"Nona, ampunilah Stella.." Ujar Gadis bernama Abigail itu tidak tega melihat temannya yang bisa jatuh kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...