•>•>•>•
Gugup.
Kata itu yang bisa menjelaskan kondisi Marie saat ini, memikirkan apakah tadi Ia tampak sangat buruk di hadapan Gibson, sehingga Pria itu terus diam begitu mereka selesai menemui Hedric untuk berpamitan pulang terlebih dahulu.
"Apa mereka melukaimu?"
"Huh?" Marie terkejut mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Gibson.
Gibson meraih tangan Marie, mengecup singkat punggung tangannya. "Maaf.. Jika tadi kita datang bersama, kau tidak akan diperlakukan seperti itu," Iris gelap itu, menyorot penuh sesal.
".. Aku sangat khawatir, Marie. Hal yang sama tidak akan terjadi lagi, aku janji. Tidak akan kubiarkan mereka mengucapkan sesuatu yang buruk tentangmu."
Marie membeku, mendengarnya. Tatapan tulus yang bisa Ia lihat dengan jelas dari Pria itu membuatnya membisu.
Marie kembali teringat dengan semua perlakuan buruknya pada Gibson, tapi Pria itu masih saja membelanya berkali-kali di hadapan banyak orang.
Padahal hal itu sama saja menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang Jendral.
Namun, Marie tidak melihat itu semua dengan mata terbuka. Yang Ia tau, Gibson adalah Pria berkarakter dingin dan membosankan.
Marie berpikir kalau Gibson membelanya semata-mata hanya formalitas saja sebagai seorang Suami di depan mata umum.
Pikiran bodoh yang mendoktrin nya terus-menerus. Menghela nafas berat, Marie harus menembus semua dosanya pada Pria itu.
"Terima kasih,"
Gibson mengangkat salah satu alisnya. "Untuk apa?"
Seulas senyuman manis terbit, iris hijaunya yang jernih tampak berbinar menatap Gibson sepenuhnya. "Terima kasih sudah menjaga dan melindungi ku selama ini, Tuan."
Marie membalas genggaman tangan Gibson, tidak memperdulikan permukaan kasar yang di rasakan nya ketika menyentuh tangan besar Pria itu.
Gibson terdiam lama, Ia seolah tengah bermimpi indah saat ini. Kalaupun iya, Gibson tidak ingin terbangun lagi.
Ia cukup senang dengan hanya mengetahui fakta kalau Marie tidak lagi mengunjungi Kediaman Dimitri akhir-akhir ini. Gibson memang menugaskan banyak orang untuk mengawasi Marie, dari dalam Kediaman maupun di luar.
Tapi semuanya melaporkan kalau Marie tidak mencoba mengunjungi Kediaman Dimitri seperti kegiatan yang rutin sekali Gadis itu lakukan, di belakangnya.
Perubahan Marie yang benar-benar kontras membuat Gibson uring-uringan sendiri. Di satu sisi Ia tidak bisa menampik rasa senangnya, tapi di sisi lain Ia selalu merasa was-was setiap saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...