•>•>•>•
Pria bersurai perak dengan sepasang iris biru sapphire nya itu memandang lurus sebuah bangunan megah di depannya. Postur tubuh kekarnya tetap terjaga meski usianya sudah tidak muda lagi, kerutan samar di sudut matanya tidak melunturkan pesonanya.
"Salam hormat untuk Prince Of Amarta, Morgan Josephine De Amarta. Sang Hyang memberkati mu." Ujar King Louis menyambutnya, berhasil mengejutkan Morgan dari lamunan singkatnya.
Mengetahui kedatangan King Louis, Pria itu lantas berlutut di hadapannya. "Your Highness, King Of Forresaina. Sang Hyang juga memberkati mu. Aku meminta ampunan darimu karena baru sempat berkunjung ke sini."
King Louis menepuk sekilas pundak Morgan. "Tidak papa, aku tahu kau masih sedih atas kepergian Margaret."
"Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga Putrimu." Lirih Morgan penuh sesal. "Kau bisa menghukum ku, seperti Amarta menjatuhkan hukuman pada Margaret."
"Awalnya aku memang berniat melakukan itu dulu. Tapi tidak akan kulakukan sekarang, aku tidak ingin Cucuku kehilangan Ayahnya setelah dia kehilangan Ibunya." Ucap King Louis membuat Morgan lekas menatapnya.
"Maksud anda Margaret tidak jadi mengugurkan kandungan nya?" Morgan dengan pandangan tidak percaya.
King Louis memandangnya tajam. "Mana mungkin Putriku tega melakukan itu. Hatinya sangat lembut bahkan untuk membunuh seekor Semut."
"Your Highness.. Bisakah kau mempertemukan aku dengan Putriku, hanya sekali saja. Aku memohon padamu." Morgan benar-benar bersujud di kaki King Louis.
King Louis dengan paksa membuatnya berdiri. "Kau tidak perlu melakukan itu, bodoh! Aku mengundang mu ke Forresaina memangnya untuk apa lagi, kalau bukan permintaan Cucuku."
"Kakek." Panggilan seseorang dari arah Pintu membuat King Louis maupun Morgan menoleh bersamaan.
"Marie kemari lah, Nak. Kau ingin bertemu Pria ini bukan?" Ucap King Louis pada Marie yang masih terlihat ragu untuk menghampiri mereka.
"Dia persis seperti Margaret." Lirih Morgan tak kuasa membendung air matanya.
Marie perlahan menghampiri mereka. Mengangkat sedikit Gaunnya untuk memberi hormat. "Salam hormat untuk Prince Morgan Josephine De Amarta, sang Hyang memberkati mu."
"Sang Hyang lebih memberkati mu, Nak. Kau memang benar-benar Putriku." Morgan memeluk Marie dengan rasa penuh haru. "Maafkan Ayah, Nak.."
Marie membalas pelukannya yang terasa hangat dengan kaku. Perlahan tubuhnya menjadi rileks, Marie memejamkan mata. Jadi seperti ini ya, rasanya dipeluk seorang Ayah.
Setelah beberapa saat, Morgan melepaskan pelukannya, menatap keseluruhan Putrinya. "Kau tengah hamil?"
"Y-ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A VILLAIN'S SECRET
FantasyMarie Lucianne mati di tangan Suaminya sendiri, namun bukannya pergi ke alam baka Ia justru kembali terbangun di beberapa bulan setelah Pernikahan mereka. ~~~ Atas semua kejahatan yang telah Ia lakukan, Marie di vonis hukuman mati dengan Gibson yan...