23. Hidden problems

10.5K 1K 86
                                    

•>•>•>•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•>•>•>•





"Aku selesai."

Baru saja Marie berniat beranjak dari posisi duduknya Gibson dengan cepat menariknya kembali untuk duduk. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Pria bersurai blonde yang disisir rapih ke belakang itu menunjukkan gestur tidak senang.

"Kau belum menghabiskan makanan mu." Gibson menatapnya tajam.

"Aku tidak berselera." Jawab Marie singkat. Berniat beranjak kembali dari posisinya.

"Tetap duduk di tempatmu, Marie." Suara bernada rendah itu berhasil membuatnya sontak saja menurut.

Marie diam saja, memperhatikan cara elegan Gibson memakan makanannya. Padahal biasanya ada saja obrolan satu pihak yang Ia lakukan, meski melanggar etika Bangsawan.

Menyadari Istri Kecilnya yang menjadi lebih pendiam dari biasanya membuat perhatian Gibson sepenuhnya tertuju pada Gadis itu.

Gibson meletakkan garpu dan pisau yang Ia pegang, beralih menatap wajah cantik Marie intens. "Kau sakit?"

"Tidak. Aku baik." Lagi, jawaban singkat dari Marie berhasil membuat Gibson jengkel.

Sebisa mungkin Ia mengatur emosinya agar tetap stabil. Gibson memejamkan matanya sejenak, menghela nafas pendek.

"Ada apa denganmu, hm?" Tatapan lembut dari Gibson seakan menghipnotis nya.

Marie menunduk, mencengkram kuat gaun yang Ia kenakan. "A--aku hanya.."

"Bisakah kau menjauhi Lady Selina untukku?" Dengan cepat Marie mengucapkan nya.

".."

Mendengar tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Pria itu, Marie mengangkat wajahnya kembali menatap Gibson. Dapat Ia lihat sepasang iris kelam itu menatapnya tajam dengan ekspresi yang tidak dapat terbaca.

Menelan rasa kecewanya, Marie beranjak dari posisinya. "Aku permisi ke Kamar."

Marie melangkah pergi, meninggalkan ruang makan. Baru beberapa langkah, Marie menoleh berharap setidaknya Gibson mencegahnya pergi.

Tapi yang Ia lihat hanya keterdiaman darinya. Marie mencengkeram erat sisi Gaun yang dikenakannya. Harapannya terlalu tinggi pada Pria itu.

Andai saja Gibson tidak memberinya harapan. Mungkin Marie tidak akan kembali mencoba peruntungannya di kehidupan ke dua ini.

Ia hanya mengharapkan cinta murni yang hilang darinya setelah Nenek yang merawatnya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Itu saja. Marie tidak menginginkan apa-apa lagi.

Apakah itu terlalu berlebihan untuk Manusia kotor sepertinya?

Bukannya pergi ke Kamarnya, langkah kakinya justru membawanya menuju Halaman Kediaman Apollo yang luas.

A VILLAIN'S SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang