CHAPTER 17

550 57 22
                                    

   Baili Dongjun terbangun di atas tanah, dia mengenakan baju serba putih dan rambut yang tergerai bebas tanpa ada hiasan di kepalanya.

"Ini dimana?" Ucapnya pada diri sendiri

Semua terlihat samar dan putih. Tapi dia yakin kalau dirinya sedang berada di luar ruangan.

Baili Dongjun terus berjalan, menyeret ekor bajunya yang sangat panjang untuk mengikuti dirinya.

Dari kejauhan dia melihat samar-samar sebuah benda. Dia terus berjalan mendekati benda itu.

"Bukankah itu untuk mengistirahatkan kepala disaat ingin di hukum pancung?!" Dia memekik

Samar dia melihat seseorang tengah berdiri di kejauhan memakai baju putih, rambut yang di ikat acak-acakan, namun memiliki senyum yang sangat di kenal oleh Baili Dongjun.

"Shixiong?!"

Xiao Ruofeng masih tetap tersenyum sembari mengacungkan pedang ke arah lehernya.

"Tidak!"

Baili Dongjun mencoba berlari, namun langkah kakinya terus melambat.

"SHIXIONG JANGAN!" Dia berteriak, mencoba meraih Xiao Ruofeng

Kejadiannya begitu cepat, Xiao Ruofeng menggorok lehernya sendiri dan yang terakhir kali Baili Dongjun lihat adalah darah segar yang melompat dari leher Xiao Ruofeng.

"SHIXIONG!"

Baili Dongjun terbangun dengan keringat di dahi dan air mata yang membanjiri pipinya.

Baili Dongjun dengan terhuyung mencari-cari Xiao Ruofeng di dalam kamar.

"SHIXIONG!!!! SHIXIONG DIMANA KAU SHIXIONG!!" Dia berteriak dengan panik

Mendengar teriakkan Baili Dongjun, membuat Xiao Ruofeng berlari keluar dari bilik baju.

"Dongjun, ada apa?! Shixiong sedang memakai baju di balik bilik itu???"

Ada kelegaan di wajah Baili Dongjun ketika melihat wajah Xiao Ruofeng. Dia berlari dan langsung menabrak Xiao Ruofeng, memeluk erat dirinya, membenamkan kepalanya pada dada Xiao Ruofeng dan mulai menangis.

"Dongjun kenapa???" Xiao Ruofeng menangkup kedua pipi Baili Dongjun, menyeka air mata yang membanjiri mata indah itu.

"Aku melihat mu mati... Darahmu aku melihat darahmu muncrat tepat di depan mataku"

Xiao Ruofeng tertegun, dia mencoba menenangkan Baili Dongjun dengan membelai lembut kepalanya.

"Kemari Dongjun, ayo duduk di kasur bersama Shixiong"

Xiao Ruofeng menarik Baili Dongjun untuk duduk di ujung kasur.

Baili Dongjun masih melihat pada Xiao Ruofeng dengan tatapan penuh kesedihan.

Baili Dongjun masih melihat pada Xiao Ruofeng dengan tatapan penuh kesedihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dongjun, apakah Dongjun bermimpi-"

"Tidak bukan mimpi. Itu sangat nyata, seperti pengelihatan masa depan yang akan terjadi padamu. Shixiong sudah ku bilang kan aku ini membawa kesialan, seharusnya kau biarkan saja aku di nikahi oleh kakakmu agar kau tidak terkena kesialan" Baili Dongjun mulai menangis lagi

"Shuut.... Shut... Hei Dongjun jangan menangis seperti ini, Dongjun dengarkan Shixiong. Tidak ada yang tau pasti tentang masa depan. Kita manusia boleh berencana tapi akhir dari kehidupan kita itu berada di tangan dewa. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha, bukan karena diri Dongjun jika misalnya nanti Shixiong berakhir seperti itu. Berarti memang takdir Shixiong yang menginginkan Shixiong untuk berakhir seperti itu. Lagi pula Shixiong lebih memilih menderita tapi melewati nya bersamamu, daripada harus melihat mu di ambil orang lain"

Baili Dongjun menggelengkan kepalanya "Itu bodoh-"

"Cinta memang membuat orang menjadi bodoh, Dongjun" Xiao Ruofeng kembali menyeka air mata yang membasahi pipi Baili Dongjun "Shixiong paling benci melihat Dongjun menangis seperti ini, kita baru saja pulang dari Zhenxi, kenapa Dongjun sedih lagi ketika sampai di Tianqi. Apakau Dongjun mau kembali ke Zhenxi lagi biar Shixiong temani?"

Baili Dongjun menggelengkan kepalanya "Hanya ingin bersama Shixiong" ucapnya

"Kemari sini"

Xiao Ruofeng menarik Baili Dongjun, mendekap dirinya erat di dalam pelukannya.

Baili Dongjun melingkarkan tangannya pada pinggang Xiao Ruofeng dan menangis lagi di dadanya.

"Aku mengutukmu bersamaku kau tau itu?"

"Berkah. Bukan kutukan" balas Xiao Ruofeng

"Begini saja, hari ini apakah Dongjun mau ikut Shixiong masuk istana biar tidak bosan?"

Baili Dongjun menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Malu"

"Kenapa malu?"

"Aku belum tau benar aturan kerajaan, Bisa-bisa nanti di tertawakan oleh para pangeran disana"

"Pangeran mana yang berani menertawakan Wangfei dari Langya Wang? Dongjun jauh di atas status para pangeran biasa di istana. Bahkan mereka harus menundukkan kepala mereka ketika melihat Dongjun, kalau mereka berani menertawakan Dongjun, potong saja uang jajan bulanan mereka. Shixiong yang akan melakukannya"

Baili Dongjun masih tetap menggelengkan kepalanya.

"Yasudah Shixiong tidak usah pergi saja kalau begitu, menemani Dongjun disini. Bagaimana?"

"Eh jangan! Shixiong harus tetap bekerja. Dongjun tidak mau jadi penghalang pekerjaan Shixiong"

"Jadi bagaimana?" Xiao Ruofeng berpikir sejenak "Begini saja, sore ini Shixiong akan pergi melihat warga miskin di perbatasan. Dongjun menyusul saja, mau tidak?"

Baili Dongjun menaikkan kepalanya "Melihat desa?"

Xiao Ruofeng mengangguk.

"Mau! Dongjun mau!" Seketika wajah sedihnya berubah menjadi senyuman penuh kebahagiaan

"Dasar kau ini" Xiao Ruofeng membelai kepala Baili Dongjun "Yasudah nanti Xiaoying yang akan menjemputmu, bagaimana?"

Baili Dongjun mengangguk "Hmn iya!"

Xiao Ruofeng tersenyum pada dirinya, dia mengecup singkat dahi Baili Dongjun.

"Yasudah jangan menangis lagi, ayo sana sarapan biar tidak lapar"

Xiao Ruofeng melambaikan tangannya pada Baili Dongjun, dan berjalan pergi.

Namun hanya beberapa langkah menjauh, Xiao Ruofeng kembali berlari menuju Baili Dongjun.

Dia menarik Baili Dongjun dan mengecup mesra bibir sang istri.

Mereka saling beradu lidah selama beberapa saat, Xiao Ruofeng bahkan kembali menidurkan Baili Dongjun di atas ranjang dan mulai mengendurkan tali baju Baili Dongjun.

'tok... tok...tok...'

"Yang Mulia, kereta sudah siap"

Xiaoying mengetuk pintu kamar mereka, mengganggu moment kemesraan Wangye dan Wangfei.

"Aaah sial...." Xiao Ruofeng memaki pelan

Baili Dongjun tergelak "Yasudah, kan bisa nanti malam" bisik Baili Dongjun

Xiao Ruofeng mencium singkat bibir Baili Dongjun.

"IYA XIAOYING TUNGGU SEBENTAR!"

Dia berlari keluar dari kamar dan pergi bersama Xiaoying.

FINDING LIGHT IN THE DARKNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang