CHAPTER 39

387 45 4
                                    

Baili Dongjun berjalan berkeliling kota Zhenxi sembari membawa sebuah keranjang berisikan makanan untuk dibagikan ke orang-orang.

"Pagi Tuan Muda Baili" sapa salah satu pedagang aksesoris

"Pagi Tuan Mo" Balasnya dengan ramah

"Pagi-pagi begini membagikan makanan gratis ada apa Tuan Muda?"

"Meminta doa pada kalian"

"Doa apa Tuan Muda, anda kan sudah sangat sempurna?"

Baili Dongjun hanya tersenyum mendengar perkataan itu "Doa untuk suamiku. Semoga dia panjang umur dan semakin kuat"

"Eh ada apa memangnya Tuan Muda, apakah Langya Wang sakit?"

Baili Dongjun menggeleng "Tidak, hanya doa saja untuknya. Belakangan ini dia banyan mengalami masalah" Dia mengeluarkan sebuah bakpao daging dari dalam keranjang "Ini Tuan Mo, silahkan di nikmati, kau pasti belum sarapan kan?"

Tuan Mo mengangguk "Terima kasih Tuan Muda, aku akan mendoakan Langya Wang agar panjang umur dan sehat selalu!" Dia berkata dengan penuh semangat

    Ketika Baili Dongjun berjalan kembali ke kediamannya, dia merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah firasat yang mengatakan padanya untuk tidak masuk ke dalam.

Dan benar saja, ketika dia menginjakkan kakinya ke dalam, hal pertama yang Ia lihat para pelayan yang tidak sadarkan diri bergeletakan di tanah.

Baili Dongjun langsung melemparkan keranjang di tangannya dan memeriksa para pelayan satu persatu.

"Hei bangun... Kalian kenapa???" Dia menepuk pelan pipi salah seorang pelayan.

Baili Dongjun memeriksa denyut nadi dan nafas mereka "Masih ada. Kalian tertidur kah?" Dia bertanya

"Oeeek!!! Oeeeek!!!"

Tangisan ketakutan Ling Chen langsung membuat Baili Dongjun panik. Dia bergegas berlari menuju kamarnya. Tapi di tengah jalan dia menghentikan langkah kakinya.

"Aarrgh!" Dia meringis merasakan perut bagian bawahnya sangat ngilu "Aku tidak boleh berlari sepertinya" bisiknya pada diri sendiri

"OEEEK!!!! OEEEK!!!"

Tapi ketika dia mendengar lagi tangisan Ling Chen, disaat itulah rasa sakitnya hilang menjadi rasa takut, dia kembali berlari menuju kamar.

'BRAK!'

Ketika dia menerobos masuk, disaat itulah dia membelalak kaget.

"Hai Kakak ipar" sapa Xiao Xie sembari menimang Ling Chen yang terus menangis di dalam dekapannya

"Ling Chen-"

Ketika Baili Dongjun ingin mengambil anaknya, Xiao Xie langsung berjalan mundur membawa Ling Chen "Eits jangan gegabah... Tidak ada yang bisa menolongmu disini sekarang"

"Kau apakan para pelayan dan penjaga di luar?" Tanya Baili Dongjun dingin

"Mereka semua? Mereka hanya tertidur. Aku menaburkan bubuk bius di seluruh kediaman Baili. Bahkan Jenderal besar dan Tuan Penerus juga tidak sadarkan diri di dalam ruangan mereka bersama Xiao Ruofeng yang tidak berguna"

Tiba-tiba seseorang mendekap Baili Dongjun dari belakang dan menahan kedua tangan Baili Dongjun.

Xiao Xie meletakkan Ling Chen kembali ke dalam ayunannya.

"Dia bukanlah target kami, belum lebih tepatnya. Jadi kau tenang saja. Untuk sekarang target kami adalah kau"

Xiao Xie berjalan semakin mendekat "Kau semakin cantik saja dengan dandanan sederhana ini.... Kakak ipar, bagaimana kalau kau mengandung anakku saja hmn? Kau sudah di cicipi oleh Xiao Ruofeng dan Ye Dingzhi, tambah satu lagi tidak masalah kan?" Ucap Xiao Xie sembari membelai wajah Baili Dongjun, yang tentu saja membuat dirinya merasa jijik

'PHEW!'

Baili Dongjun meludah tepat pada wajah Xiao Xie.

Dengan sabar Xiao Xie menyeka air liur Baili Dongjun yang membasahi wajahnya.

'PLAK!'

Dia mendaratkan sebuah tamparan pada pipi Baili Dongjun, mengakibatkan darah segar mengalir dari bibir ranum itu.

"Lancang kau!-"

"Xiao Xie sudah cukup, ayo bawa dia sebelum mereka semua sadar!"

Tiba-tiba Xiao Ruo Jin menerobos masuk.

"Ruo Jin?" Ucap Baili Dongjun tidak percaya

"Cepat seret dia" perintah Xiao Ruo Jin

"TIDAK! KALIAN LEPASKAN AKU!!!"

Baili Dongjun mencoba melawan, tapi tiba-tiba rasa ngilu di perutnya kembali menyerang.

Dia tersungkur di tanah sambil menekan perutnya dan meringis kesakitan.

Xiao Xie memutar kedua bola matanya, dia memaksa Baili Dongjun untuk berdiri dengan cara menarik rambutnya dan menyeret dirinya.

"Ayo ikut!"

Mau tidak mau Baili Dongjun harus mengikuti kemauan Xiao Xie karena dia sudah tidak sanggup lagi untuk melawan akibat rasa sakit luar biasa yang dia alami.

Mereka memaksa Baili Dongjun untuk masuk ke dalam kereta kuda dan bergegas pergi.
.
.
.
.
.

"Ruofeng!"

"Ruofeng!!"

"RUOFENG!!!"

Xiao Ruofeng merasakan tamparan di pipinya yang membuat dirinya langsung terjaga.

"Changfeng, ada apa?" Tanyanya bingung

"Kita semua sudah di bius"

"APA?! OLEH SIAPA???"

"....." Sikong Changfeng diam tidak menjawab

"Changfeng oleh siapa-"

"Keluarga mu, Ruofeng" Kali ini Baili Luo Chen yang menjawab

"Apa?!" Dia menatap bingung Baili Luo Chen

"Mereka membius kita dan berhasil membawa pergi Dongjun" Baili Luo Chen memukul meja di depannya hingga terbelah "Mereka berani menculik cucu tunggal ku di dalam kediamanku sendiri! Ruofeng jangan salahkan aku kalau aku meratakan habis dinasti keluarga mu"

Suara ancaman Baili Luo Chen tidak terdengar seperti ancaman melainkan sebuah kepastian masa depan yang membuat Xiao Ruofeng tertegun.

"Oeeek.... Oeeek...."

"Yang Mulia, Tuan Muda Ling Chen terus menangis dari tadi"

Lin Lang berlari sambil membawa Ling Chen di dalam pelukannya.

"Lin Lang, berikan Ling Chen padaku"

Xiao Ruofeng mendekap Ling Chen di dalam pelukannya "Heii anakku... Kau pasti rindu A-niang mu ya? A-die akan membawa A-niang pulang padamu, ya? Ling Chen jangan khawatir" dia mendekap sang putera dengan erat namun lembut "Dongjun tolong bertahan, aku selangkah di belakang mu" batinnya

FINDING LIGHT IN THE DARKNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang