34

4.2K 495 56
                                    

Cassia menutup kedua matanya erat, seolah dengan pasrah menerima kematian keduanya dalam beberapa detik lagi.

Brak

Sampai bunyi yang cukup memekakan telinga terdengar. Namun, aneh nya cassia tidak merasakan apapun pada tubuhnya. Apakah dia sudah mati? Tanya nya dalam hati, dengan mata yang masih terpejam.

Hanya berselang dalam beberapa waktu gadis itu tersentak pelan, begitu mendengar bentakan seorang pria.

"Apa kau sudah bosan hidup?!"

Kalimat dengan nada penuh amarah itu membuat cassia langsung membuka kedua matanya. Mata gadis itu melebar saat melihat sosok pria tampan yang berdiri di depan nya.

Merasa kurang yakin dengan kenyataan bahwa dia masih hidup, dengan reflek dia menampar wajah pria itu.

Plak

Dan ternyata dugaan nya itu salah teman-teman, she still alive. Raut wajah gadis itu berubah drastis ketika melihat tatapan tajam milik pria berwajah datar ini.

Menyesal, satu kata yang membuat cassia merutuki kebodohan sesaat nya itu. Astaga betapa berani nya dia menampar seorang pewaris dari keluarga Benedict.

Karena tidak tau harus melakukan apa dia hanya terdiam, sambil memasang mimik wajah yang lugu seolah tidak melakukan apapun.

Sedang Ezhardyo yang melihat nya merasa gemas, dia jadi ingin meremukkan tubuh kecil itu. Mata hitam nya kemudian, menelisik seluruh tubuh cassia tanpa terlewat satupun.

Sampai dia baru menyadari satu hal penting ternyata kaki gadis itu sedang tersangkut, dan memar. Wajah yang semulanya datar berubah jadi panik.

Tanpa sadar dia langsung menekuk kedua kakinya, dan membantu cassia untuk mengeluarkan kakinya dari lubang itu. Melihat tindakan pria ini membuat cassia terpaku, dan mungkin bukan hanya dia saja! tapi seluruh bawahan dan supir keluarga benedict jadi syok berat.

Mereka dengan terburu-buru mengambil ponsel dan mengabadikan sebuah keajaiban dunia yang satu itu dan mengirimkan nya pada nyonya besar mereka, yaitu Mikayla Benedict.

Sangkin terkejut nya dengan pemandangan langka ini, para bawahan nya sampai berulang kali menepuk pipi mereka masing-masing hanya untuk memastikan.

Dalam hati mereka semua merasa kagum dengan nona muda dari keluarga pranata itu. Karena hanya gadis itu, yang berani menampar dan bahkan membuat tuan muda mereka menyentuh kakinya.

Setelah selesai membantu cassia, Ezhardyo kembali berdiri dengan posisi semula lalu berkata.

"Kita harus segera ke rumah sakit." Katanya, dengan wajah serius. Hanya dengan lirikan mata, dia menyuruh bawahan nya untuk mendekat.

"Albert cepat hubungi supir untuk kemari." Ujarnya singkat. Dan dengan patuh bawahan nya itu langsung menghubungi kediaman keluarga Benedict.

Selanjutnya Ezhardyo kembali menatap cassia yang masih terdiam. Alis tebalnya berkerut heran, dan khawatir tentunya. Apa gadis ini sedang menahan sakit? Pikirnya.

Sibuk dengan pemikiran nya tentang gadis itu, membuat Ezhardyo sampai melupakan apa yang telah cassia lakukan padanya tadi.

Dia lalu kembali memberi titah kepada bawahan nya.

"Jika mereka masih lama, hubungi saja pusat pembelian mobil. Saya tidak bisa menunggu lagi." Ucap pria itu dengan nada penuh otoriter.

"Baik tuan." Jawab Albert cepat. Dengan keringat yang bercucuran pria tua itu nampak fokus dengan ponsel di telinga nya.

I Am Not Cinnamon GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang