Ch 45

8K 481 78
                                    

Sebelum membaca Bab 45, jangan lupa mampir ke buku terbaru Author yang tidak kalah seru & HOT 🔥 seperti Mafia's Dark Lust.

Sebelum membaca Bab 45, jangan lupa mampir ke buku terbaru Author yang tidak kalah seru & HOT 🔥 seperti Mafia's Dark Lust

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tayang di Wattpad untuk novel terbaru Rein Angg berjudul My Redflag Boss. Segera masukkan perpustakaan kalian, ya!

***

BAB 45 HARUS MENGEJARNYA?

Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47

Diseret dengan kasar oleh bodyguard ayahnya, kini Arwen berdiri dengan lutut gemetar di depan gerbang rumahnya sendiri. Mata masih menatap ke arah pagar megah. Di balik gerbang itu adalah tempat kelahiran, tempat di mana ia beranjak besar, tempat di mana dirinya sempat merasakan cinta kasih hingga sang bunda kandung berpulang.

“Dad … kenapa engkau sekejam ini kepadaku? Apa … kesalahan apa yang telah aku lakukan hingga membuat Daddy seperti ini?” engahnya mulai merintikkan air mata di pipi.

Petir menggelegar di udara yang tanpa dirinya sadari telah berubah menjadi mendung gelap. Hujan akan segera turun, itu pasti. Bagaimana? Harus berteduh di mana?

Meminta pergi dari rumah Aragon hanya untuk menemukan dirinya dihina, dimaki, dan diusir dari rumahnya sendiri. Kenapa nasib malang sedemikian senang menempel pada Little Girl?

Tak punya ponsek, tak punya apa-apa. Saat datang ke Vincenzo Mansion ia hanya diijinkan membawa pakaian. Seluruh barang berharganya ada di kamar, di dalam rumah yang tak boleh lagi ia masuki.

Kebingungan, tetapi Arwen mulai melangkah meski kaki yang gemetar itu harus menahan nyeri. Lukanya belum sembuh benar, sejatinya masih harus kontrol ke rumah sakit dan menjalani pengobatan lebih lanjut.

Gontai, lesu, jemari menggeret koper besar tak tentu arah. Gerimis mulai turun tepat di saat ia duduk di sebuah halte bis. Jika hujan deras turun, paling tidak dia ada tempat untuk berlindung.

“Kamu pasti tertawa puas jika melihatku seperti sekarang ini,” gumamnya membayangkan wajah Aragon. “Kamu pasti merasa menang karena ternyata keluar dari rumahmu, justru aku terlunta-lunta begini.”

Sekilas pemikiran hadir. Apakah ia kembali saja ke rumah mafia tampan dan beringas itu? Namun, jika kembali … “Aku tak akan pernah bisa bebas.”

Menghela panjang, berat, dada terasa perih. Menatap ke kanan dan ke kiri pada suasana temaram akibat senja tertutup mendung. Beberapa orang melintas dengan menggunakan payung. Sesekali bis berhenti, mengira ia akan menaikinya.

Setiap sopir bis menatapnya, Arwen menggeleng dan tersenyum kecut. Bagaimana bisa ia menaiki kendaraan umum tersebut sementara 1 sen saja tak ada.

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang