Ch46

3.9K 317 30
                                    

Maaf telat, Author jadi panitia pilkada 🤭😎

Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47

Arwen sedang memasak makan siang di tempat tinggalnya. Sebuah apartemen kecil hanya berisi dua kamar tidur dan perabotan minimalis. Jika dulu ia berasal dari keluarga kaya raya, maka saat ini harus bisa membiasakan mengatur keuangan, menghemat pengeluaran.

Satu tujuan … bertahan hidup.

‘Tuhan telah memberiku kehidupan hingga saat ini. Pasti semua ada maknanya, bukan? Berulang kali aku nyaris mendekati kematian. Berulang kali pula aku ingin supaya mati saja.’

‘Tapi, ternyata aku masih terus diberikan nyawa hingga sekarang. Sudah waktunya aku kembali menatap masa depan dan menjalani semua dari awal.’

Ketika mengaduk bahan-bahan sup di dalam panci kecil berisi aneka sayuran dan daging, ingatan membawanya kembali pada momen di mana ia selalu memasak untuk Aragon setiap pagi di Vincenzo Mansion.

‘Dulu, tujuanku adalah membuatnya senang padaku. Berharap kalau dia senang, dia tidak akan menyiksaku lagi. Berharap kalau dia senang, maka akan merasa kasihan dan melepasku.’

Nona Constantine tertawa sendiri dalam hati, ‘Siapa sangka kalau dia ternyata jatuh cinta padaku. Serta … siapa sangka aku pun jatuh cinta padanya.’

Lalu, ingatan bergerak pada momen-momen manis kebersamaan dengan mafia brengsek. Pada saat lelaki itu mengusap pipinya sambil menangis ketika mereka berada di penjara bawah tanah.

“I fucking love you ….” Arwen bergumam dengan suara teramat pelan, tanpa sadar mengikuti ucapan Aragon kala itu.

Sejujurnya, sampai sekarang dia masih meragukan kenapa lelaki segila Aragonn bisa menangis untuknya? Apakah itu sungguh adalah sebuah cinta? Atau sekadar rasa bersalah?

Helaan napas mengembus pelan, menyatu dengan asap dari rebusan sup yang mengeluarkan harum lezat. Ia menggeleng, kemudian mengukir senyum lirih. ‘Tapi, aku sudah pergi darinya. Aku sudah mendapat kebebasanku.’

‘Tak ada guna mengenang atau berandai-andai apa yang akan terjadi seandainya saja Leona tidak mengacaukan semua ….’

Mengambil satu sendok, menuang air sup ke atas sendok tersebut, kemudian mencicipi masakannya sendiri. Ia tersenyum puas, masakannya terasa lezat. Ternyata, apa yang diajarkan oleh para pelayan kepadanya belum luntur.

Tepat di saat jemari lentik mematikan kompor, terdengar bunyi bel di pintu. Kening mengerut karena tak mengira akan ada tamu. Arwen tak memiliki janji temu dengan siapa pun, tidak juga menunggu kurir untuk mengantarkan barang pembelian online-nya.

Langkah sedikit dipercepat karena bunyi bel terus berbunyi. Siapa pun yang menekannya adalah orang yang sungguh tidak memiliki rasa sabar.

“Iyaaa! Jangan ditekan terus nanti belku lama-lama jebol!” kesalnya sambil berteriak, dan akhirnya berlari kecil.

Genggaman membuka gagang pintu bulat, diputar ke kanan, pintu itu terbuka dan ….

“Hai, Little Girl!”

Mata bundar dengan bola biru terang terbelalak. “Ka-kamu?”

“Yes, it’s me!”

Aragon menyeringai, tampak sedemikian sumringah melihat Little Girl ada di depannya. Tanpa permisi, tanpa menunggu dipersilahkan masuk, kaki berototnya berjalan sendiri meninggalkan pintu, menuju dalam apartemen.

Arwen terengah, “Bagaimana kamu bisa tahu aku disini?”

Menoleh ke belakang satu kali sambil terus berjalan mengelilingi apartemen, Tuan Besar Vincenzo menjawab, “Aku bisa menemukan siapa saja yang aku mau,” kekehnya menjawab singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang