Ch.44

8.1K 398 26
                                        

Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47

Aragon berdesis, “Mau pergi dariku? Pergilah dalam keadaan menjadi mayat!”

Ancaman itu selalu terdengar mengerikan, walau Arwen sudah mengetahui sisi terapuh sang lelaki. Ia menatap lekat, “Pergi dalam keadaan menjadi mayat? Siapa yang mau membunuhku? Kamu?”

Ditanya begitu, kekesalan Aragon semakin menjadi. Bagaimana mungkin dia berkata dia akan membunuh Little Girl? Pengakuannya di penjara kemarin tidak bisa ditarik kembali! Dia sudah jelas-jelas mengatakan tak bisa membunuh Arwen, karena itu sama saja akan membunuh dirinya sendiri.

“Fuck you!” desisnya melengos, duduk di tepi ranjang. “Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa denganmu!”

“Bagaimana kalau berbuat sesuatu yang membahagiakan, dan lepaskanlah saya!” usul Arwen menyeringai sama kesal. Ia masih sedemikian sakit hati karena Aragon tidak melepasnya pada hari pertama mereka bertemu di penjara.

Alasan apa pun yang dikemukakan Aragon, meski terasa masuk akal, tetap ia tidak bisa menerimanya. Kejadian yang membuat ia meragukan cinta sang lelaki padanya.

“Kenapa kamu sedemikian ingin pergi dariku! Katamu di penjara, kamu mencintaiku! Tapi, sekarang kamu justru ingin pergi dariku!”

“Apa kamu berbohong saat mengatakan kamu mencintaiku, hah!” Napas Aragon terengah, wajahnya merah padam.

Ia menggeser duduk, mendekati Arwen, merayapkan tangannya kembali di leher harum. Bibir menyesap perlahan, “Aku tidak suka pembohong. Aku benci pada orang yang mempermainkanku!”

Arwen terengah pula, “Aku tidak membohongimu. Aku memang jatuh cinta padamu saat itu.”

“Tapi, saat kamu tidak mau melepaskan aku, pun tidak mau membunuhku, di saat itu juga aku mempertanyakan cintamu kepadaku!” lirih sang gadis.

Ia menatap dengan wajah sedih dan mata berkaca-kaca. “Apa kamu benar mencintaiku, atau kamu hanya takut kehilangan satu-satunya budak seksualmu, hmm?”

“Kamu menangisi aku di penjara, tapi kamu juga tega meninggalkan aku membusuk di sana! Tiap detik aku sadar, aku hanya memohon kematian pada Tuhan!” Teriak Arwen semakin tersengal.

Ia menggeleng, “Kamu tidak tahu betapa menderitanya aku selama ini hidup denganmu! Tak ada satu pun anggota tubuhku yang tak pernah kamu sakiti!”

“Kamu tidak mencintaiku! Kamu hanya mencintai dirimu sendiri, Aragon!”

Dan gadis itu sudah lupa untuk memanggil Tuan seperti beberapa hari terakhir. Batin yang remuk ia suarakan lantang, melupakan sandiwara dinginnya kemarin.

Turun dari atas ranjang, Arwen berdiri sambil bernapas memburu. Ia usap air mata di wajah, lalu berkata. “Setiap aku menatap diriku sendiri di kaca, aku selalu ingat bagaimana pisau Leona mengenai pipiku!”

“Setiap aku memejamkan mata, aku masih bisa merasakan dinginnya lantai penjara! Aku masih ingat bagaimana kamu datang dan memandangku dengan yang katamu cinta!”

“Aku kira kamu datang untuk membebaskanku! Ternyata kamu hanya datang untuk menambah siksaan hatiku! Aku tidak bisa lagi percaya dengan kata-kata cintamu!”

Aragon ikut berdiri dan bernapas sama memburunya dengan Arwen. “Apa pun yang aku lakukan, kamu tidak pernah senang! Aku sudah mencoba untuk meyenangkan dirimu!”

“I fucking love you! I’ve said what I need to said! Aku mencintaimu!”

“Bohong! Kalau kamu mencintaiku, kalau kamu ingin menyenangkan aku, maka kamu akan melakukan apa pun yang benar-benar menyenangkan hatiku!” tukas Arwen menggeleng, menatap tajam.

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang